Bedah Buku “Dari Luar Bioskop” oleh REINTIF Mojokerto

Oleh rambak.co
7 Juli 2024, 12:47 WIB

Pada Selasa, 2 Juli 2024, komunitas literasi yang sering disapa dengan nama Revolusioner Intelektual Produktif (REINTIF), mengadakan diskusi bedah buku yang berjudul Dari Luar Bioskop: Menonton “Oppenheimer” dari Jarak yang Jauh. Buku tersebut garapan Joko Priyono. Diadakannya bedah buku bertujuan untuk edukasi dan memasifkan budaya literasi di ruang lingkup mahasiswa.

Kegiatan tersebut berlangsung pada pukul 18:00 WIB hingga pukul 21:30 WIB. Adapun pelaksanaannya di Jl. Raya Tirtowening Pacet No. 17 Bendorejo, Bendunganjati, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Tepatnya di halaman pujasera (PJS), depan kampus Universitas KH Abdul Chalim.

Buku ini memuat beberapa tulisan, yang lahir dari pengalaman pribadi penulis setelah menonton film Oppenheimer (2023). Film yang disutradarai oleh Christopher Nolan tersebut tayang di Indonesia mulai pada 19 Juli 2023. Penerbitan buku itu selain sebagai rekaman pengalaman juga dimaksudkan untuk persembahkan kepada Achmad Baiquni untuk mengenang 100 tahunnya.

Achmad Baiquni adalah seorang ahli fisika yang dikenal dengan “Bapak Atom Pertama” Indonesia kelahiran Kota Solo pada 31 Agustus 1923. Kiprahnya sebagai ilmuwan penting untuk dikenang dan dipelajari dalam konteks relevansi perkembangan zaman. Ia banyak menulis mengenai persoalan sains, agama, dan teknologi.

Sementara itu, dalam konteks keberadaan buku, tulisan dihadirkan untuk membaca lebih jauh dan mencari korelasi film terhadap situasi di Indonesia. Itu tak terlepas bahwa J. Robert Oppenheimer sebagai seorang ahli fisika Amerika Serikat yang memimpin “Proyek Manhattan” pada perang dunia kedua.

Dari proyek tersebut, dihasilkan bom atom yang diluncurkan Sekutu ke Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945. Situasi tersebut membuat Jepang porak poranda. Sedangkan di sisi lain ada waktu yang sama, Jepang sendiri masih menjajah Indonesia. Situasi-situasi seperti itu pada zaman terkait itu yang coba digali penulis dengan menghadirkan dokumen tulisan di beberapa arsip.

Baca Juga: Tedak Sinten: Menelisik Tradisi Jawa yang Mulai Terlupakan

Di buku tersebut, kita mendapat banyak pelajaran, seperti halnya: imajinasi seorang ilmuwan, kegiatan riset, etika keilmuan, serta relasi ilmu dan politik yang dapat mempersalahgunakan tujuan ilmu. Buku memberi acuan tambahan di luar narasi yang dihadirkan oleh film.

Pada keberlangsungan pendiskusian buku, pemantik berpesan pada kawan-kawan yang berkesempatan hadir. “Bukan hanya tubuh yang perlu diperhatikan asupan nutrisinya, melainkan otak sekalipun perlu diperhatikan asupan nutrisinya, agar terhindar dari kecacatan dalam berpikir. Caranya adalah dengan membaca dan mendiskusikannya,” ungkapnya.

Membaca dan berdiskusi menjadi kesadaran yang ingin terus ditumbuhkan dan ditularkan oleh komunitas tersebut. Kita tahu, jalan kesetiaan terhadap keilmuan terkadang kadang sepi dan sunyi. Sekalipun di kalangan mahasiswa. Tidak banyak yang meminatinya. Komunitas Reintif senantiasa ingin hadir untuk memperpanjang percakapan dan membuka ruang keilmuan seluas-luasnya.[]

Kontributor: Qia

Editor: Ali

Artikel Terkait