Majelis Mujahidin Gelar Seminar Mengenai Religiositas dan Nasionalisme

Oleh rambak.co
11 Agustus 2024, 17:53 WIB

Rambak.co – Surakarta. Matahari pagi tanpa malu menyeruak membikin hangat minggu pagi. Minggu itu, para mujahid cukup sibuk. Songkok beludru berkelir hitam, vest coklat army lengkap dengan kalimat tauhid yang menempel di bagian kanan, mereka sibuk membikin agende diskusi dan seminar. Berlokasi di Hotel Grand City, Laweyan Surakarta, hotel itu kemudian pepat dengan pengunjung yang menggenakan kerudung dan kopyah putih atau songkok dan penutup kepala sejenis lainnya. (Minggu, 11/08/2024)

Bulan Agustus galibnya dipahami sebagai bulan yang lekat perihal republik. Bendera berkibar hampir di sepanjang jalan seluruh republik untuk memperingati usia usianya yang tahun ini menyentuh 79 tahun. Anak bangsa memperingati kemerdekaan dengan caranya masing-masing. Begitu juga dengan Majelis Mujahidin Surakarta, yang mewarnai bulan kemerdekaan dengan merawat nalar dengan menghelat seminar.

Dengan tajuk Mewujudkan Generasi Religius dan Nasionalis, Majelis Mujahidin membikin anggotanya untuk menilik kembali sejarah bangsa ini. Beberapa jajaran Forkompimda Surakarta hadir dalam acara tersebut. Mabes TNI bagian Bina Mental (Bintal) yang diwakilkan oleh Amirudin S.Ag, M.Si, hadir menyuluh pentinganya religiusitas dalam mempertahankan cita NKRI.

Acara berlangsung sesuai undangan. Tepat jarum jam menunjukan pukul delapan, ruangan sudah pepat dengan akhi dan ukhti lengkap dengan catatan yang berada di dekapannya. Gemuruh riuh menyembul di tengah-tengah ruangan kemudian sayup-sayup lantaran lantunan Quran An-nisa ayat ke-95 menyembul membuka acara.

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (Surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.”

Begitulah arti surat setelah sang Qori’ membacakan lantunan suci An-Nisa ayat ke-95. Surat itu sebuah tanda. Bahwa organisasi itu memegang Al-Qur’an dan Hadis untuk laku hidupnya di tanah Republik yang ia cintai. Tak lupa pekik Indonesia raya pun berkumandang. Para hadirin berdiri sembari menyanyikannya dengan begitu khidmat.

“Kegiatan ini membuka wawasan mengenai keislaman dan keindonesiaan bagi generasi muda, guna menampik kekhawatiran-kekhawatiran penerus bangsa (baca; generasi muda) atas realitas hari ini yang terkadang menggiring kita luput dari nasionalisme dan keislaman.” Tukas ketua Majelis Mujahidin M. Shobarin Syakur ketika di temui dalam sambutannya.

Point Of View kegiatan seminar

Kolonel San-San yang diwakilkan oleh stafnya membuka acara tersebut. Ia sangat mengapresiasi Majelis Mujahdin yang mengadakan seminar tersebut sebagai bukti penggerak dan menyuluh mengenai keislaman dan keindonesiaan. Guna menyokong realisasi ide tersebut, Majelis Mujahidin menghadirkan tiga pembacara yang cukup penting. Adalah Ahmad Muhammad Mustain Nashoha ulama muda jebolan Yaman, Amirudin S.Ag, M.Si dari Bintal TNI, dan ketua Majelis Mujahidin M. Shobarin Syakur B.Sc.

Acara berlangsung begitu khidmat. Para hadirin dari kaula muda hingga lanjut usia, dengan penuh kesadaran mereka mendengarkan kata demi kata yang pembicara sampaikan.

Baca Juga: Kongres XXI PMII dan Visi Keilmuan

Ust. Amirudin menyampaikan dalam perspektif mental dalam menyuluh nasionalisme. Keberadaan mental dapat menunjang kesadaran mengenai kesadaran berbangsa bernegara. Peranan agama cukup penting dalam pengembangan mental manusia Indonesia. Bila mental sudah tertata dengan mendekatkan diri dengan Iman dan Taqwa kepada Allah Swt. Maka semangat religiusitas dan nasionalis akan ikut terbentuk. Mafhum bila Daniel Goleman menyampaikan pentingnya Emotional Quotient namun itu saja belum cukup. Perlu Spiritual Quotient yang harus tertanam di hati anak bangsa agar kuat dalam prinsip dan mental.

Mujahidin
Penyampaian Materi

Kyai Mustain Nasoha yang basah dengan ilmu dan pengetahuan itu menyuluh kenegaraan dalam perspektif islam. Adalah Pancasila dan sejarahnya. Dengan penuh kerendahan hati Kyai Mustain Nasoha menyuluh dalil bagaimana Pancasila dalam Al-Qur’an. Beliau membuka dengan sejarah asas tunggal Pancasila yang pada era orde baru sempat diperdebatkan.

Pada tahun 1984, tepatnya di Situbondo, para ulama melakukan musyawarah untuk membicarakan Pancasila dan Islam. Kurang lebih satu minggu, para ulama bermusyawarah menenteng ilmu yang ia dapatkan untuk membicarakan Pancasila dan Al-Islam. Kyai Mustain menyampaikan kembali apa yang telah di hadapi oleh kakeknya Abdur Roza Sofawi hadir dalam musywarah itu. Sempat terjadi kuldesak dalam diskusi itu.

Seorang ulama dari Jember muncul dan menyampaikan gagasan, “Setelah tak baca-baca di Al-Qur’an itu ada dua kalimat. Yang pertama ada kalimat din dan asas. Innaddinaindallahilislam, kalau berkaitan mengenai agama islam harus berdasar islam. Sedangkan untuk asas, Famanassasabunyanahu, bahwa asas boleh menggunakan apapun asalkan mengajak untuk meningkatkan kebaikan dan taqwa kepada Allah. Sontak setelah disampaikan usulan itu, ribuan ulama sepakat.

Kemudian, Kyai Mustain menyampaikan, bahwa nasionalisme wajib harus ada di hati anak republik. Membicarakan nasionalisme maka penting untuk menyigi ‘tanah air’. Kyai Mustain menyadur Syech Jurjani dalam Al-Ta’rifat. Adalah Al Wathan al Ashli, tanah air adalah suatu tempat di mana kita dilahrikan dan tempat di mana kita bertempat tinggal. Bila kita lahir di tanah air yang kita cintai yaitu Indonesia, maka kita wajib untuk mencintainya.

Tak hanya itu, Kyai Mustain juga menyadur pelbagai hadist kurang lebih sepuluh dalam diskusi tersebut, bahwa cinta tanah air adalah bagian dari Iman, seperti yang pernah dilakukan Rasullullah kala disuruh untuk memilih. Apakah memilih dibunuh dinegara kamu atau diusir dari negara kamu? Mafhum, Rasullah menyampaikan, ‘Andaikan aku mati, aku mati di negara saya.’ yang menjadi nomenklatur kuat sikap dan komitmen cinta tanah air. Bukan melairkan diri dengan dalih negerinya telah hancur total kemudian menjelek-jelekan tanah kelahirannya. Perlu direfleksikan kepada kaula muda untuk republik ini.

Kemudian M. Shobarin Syakurr. Bsc menyampaikan keberjalanan republik yang tersirat dalam Quran. Beliau mengutip Saba ayat 15. Ayat tersebut kurang lebih menyuluh pentingnya Baldatun Toyyibatun Wa Rabbun Ghaffur. Manfiestasi ayat tersebut ditekankan kepada kebperjalan republik yang harus benar-benar bermaslahat bagi seluruh rakyat republik tanpa pandang bulu.

Tak hanya itu sejarah perjuangan kemerdekaan, Ust. Shobarin Syakur menyuluh pentingnya Jas Hijau (Jangan Hiraukan Jasa Ulama) dalam keberjalanan kemerdekaan Republik Indonesia. Peranan ulama juga perlu dilibatkan dalam menyokong kemerdekaan bangsa ini.

Setelah penyampaian materi, para hadirin berebut pertanyaan. Pertanyaan yang disampaikan semakin membikin forum menjadi hangat. Nampak pada air muka para hadirin, di mana wajah islam ke indonesiaan tersirat di sela-sela kata dan kegembiraannya dalam menyampaiakan gagasan. Acara berlangsung dengan lancer dan hidup dengan gagasan.

Majelis Mujahidin yang dikomandoi oleh M. Shobbarin Syakurr telah sukses menghelat kegiatan seminar kebangsaan. Keberlangsungan diskusi kurang lebih dua jam menyuguhkan guratan warna bagaimana organisasi ini benar betul bersandar dengan Al-Qur’an dari apa yang mereka lakukan untuk Republik Indonesia ini.

Oleh: Khadafi

Artikel Terkait