Pinarak 3; Perjamuan Seni Rupa

Oleh rambak.co
21 Desember 2024, 21:39 WIB

Rambak.co-Surakarta. Selembar pamflet berkelir biru melewati lini masa saya. ‘Pinarak 3; Perjamuan.’ Videografi menyeruak suara, kemudian muncul manusia-manusia di dalamnya yang sibuk dengan kuas dan kanvasnya. Sebuah pameran dihelat pada 20 Desember sepanjang dua hari setelahnya. Pelbagai pelukis terpancang. Gambar bergerak itu menyulut agar menonton pameran. Penasaran merambati diriku.

Desember 21, saya melawat ke kampus Sebelas Maret. Tepatnya di gedung Javanologi UNS. Kampus itu terlebar di kotanya. Saya mengira hari itu adalah hari Jumat. Gerbang terkunci di muka dihinggapi para penjual, kemudian saya teringat bahwa hari itu adalah Sabtu. Ingatanku menunjuk arah gerbang bagian depan berada di jalan Ir. Sutami.

Bangunan beratap berbentuk seperti limas mendongak mengarah jalan. Untungnya, sebuah gerbang kecil di sebelah bangunan Javanologi terbuka. Tanpa permisi saya melewati pintu itu. “Hey!” Seseorang berteriak seperti mengumpat namunku hiraukan. Mungkin dia mempersalahkanku yang tanpa permisi merangsek dari gerbang miliknya.

Bangunan Javanologi bersebelahan dengan gedung kedokteran. Beberapa kendaraan terparkir rapi. Aroma seni tercium kuat. Mata saya menyoroti gerombolan pemuda-pemudi cukup gembira dengan bernyanyi, sibuk dengan kuas dan minyak sablon tak lupa menancap kemudian menghembus asap pekat. Pelukis itu tangannya sedikit belepotan dengan cat. Dengan memakai kaos berkelir hitam, ia kemudian membuat titik kemudian garis dan membentuk seperti mural di pinggir jalan Slamet Riyadi.

Seni
Rambakco/Pemural dari Trenggalek (Felix)/ Iramani

Saya datang terlalu dini. Maka saya bisa menilik dengan leluasa tanpa berdesak-desakan dengan penilik lainnya. Aroma sigaret kretek mesin menyembul menggaruk-garuk lidahku. Saya merogoh saku. Ternyata saya tak membawa rokok. Kendati tak membawa rokok, saya masuk ke tempat pameran seni dengan lidah sedikit asam. Terbentang pameran seni bertajuk Perjamuan yang diadakan oleh pegiat seni Sebelas Maret Angkatan 2021.

Baca Juga: Menolak Keras: Usulan Otto tentang Wadah Tunggal Advokat Adalah Langkah Mundur!”

Bangunan Javanologi itu cukup lebar. Pameran itu menggunakan hanya satu pertiga dari luas keseluruhan gedung. Sebuah bilik yang dibikin dari kayu berkelir putih terpampang lukisan-lukisan yang memanjakan mata. Di tengah ruangan, ditampilkan karya tiga dimensi –patung yang dibikin dari clay seperti tanah liat. Kemudian di bagian pojok kanan dari pintu masuk, ada sebuah karya film di mana untuk menontonnya membutuhkan penerjemah mengamati tanda, raut air muka yang terpatri di dalamnya. Empat orang berhadap-hadapan memakan daun dengan lahap. Kemudian salah satunya menjerit ketakutan.

Seni
Rambakco/ Perjamuan/ Iramani

Seperti nama pamerannya. Adalah perjamuan. Ketika kakiku menapak lantai pertama ke arah pameran itu, saya ditemani dengan penjamu. Kami berdua kadang bertiga berbincang menyoal seni. Saya sendiri tak terlalu mudeng mengenai seni. Namun dalam ingatanku teringat karya Danarto di kaver-kaver depan majalah Zaman, Van Gogh yang rela memutus kupingnya, Piccasso yang bertelanjang kala melukis karyanya yang didambakan itu, Antonio de Saint-Exupery dan seorang pria berkumis kotak dari Austria yang bernasib jelek tak lulus jadi pelukis.

Melukis itu bukan perkara yang mudah. Aku masih mempercayai bahwa tak semua orang bisa melukis. Memang bagi penganut ide eksistensialisma, keraguan itu karena lukisan kita dirasa jelek, sehingga malu bila ditilik oleh orang lain. Melukis itu bukan perkara guratan kuas di dalam kanvas, namun mengarahkan kuas dengan telaten menjelentrehkan bentuk sesuai isi dalam kepala. Ada lagi yang bergumam, bahwa melukis itu harus punya muatan politik.

Seni
Rambakco/ Pinarak 3 Seni Rupa UNS/ Iramani

Antonio de Saint Exupery adalah pilot asal Prancis. Diwaktu kecilnya punya keinginan untuk menjadi pelukis. Perihal melukis dan nasib Antonio tuliskan dalam Le Petit Prince. Masa kecilnya lekat dengan buku. Sebuah gambar menarik matanya. Seekor tikus yang dililit ular. Antonio ingin meniru gambar itu. Ia mencoba untuk melukis ular yang menelan bulat-bulat seekor gajah.

Dengan penuh ketakutan, Antonio menunjukkan kepada orang dewasa. “Mengapa harus takut kepada topi?” Antonio menghadapi penyangkalan pertamanya diwaktu kecil, ketika mencoba untuk melukis. Lukisan ular yang menelan gajah dikira orang dewasa sebagai topi beludru. Mulai sejak itu, ia mengurungkan niatnya menjadi pelukis. Kemudian menjadi juru mudi pesawat yang hilang di Mediterania nan penuh misteri.

Dalam pegelaran Perjamuan 3 itu saya sempat berbincang dengan ketua pelaksana acara itu. Adalah Vito Aryanto. Pria bertubuh sedikit tambun, mencoba berbincang menyoal seni lukis. Sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan, ia menelaah lamat-lamat kata yang keluar. “Apakah semua orang bisa melukis?” “Ya pasti semua orang bisa melukis, tergantung niatnya saja.” Tukas Vito. Menurut Vito agar lancar menggoyangkan kuas dan menjiplak imajinasi dari pikiran ke atas kanvas harus dilakukan secara terus terang dan setia. “Saya berlatih setiap hari mas. Setiap hari pokoknya melukis.” Sambil meringis ia menunjukan pelbagai beberapa butir karyanya dan milik kawan-kawanya yang menempel di dinding pameran.

Seni
Rambakco/Kiri-kanan (Nickosa dan Vito)/ Kurator dan Ketua Panitia/Iramani

Dalam pameran itu tak hanya menampilkan karya lukis, namun juga menampilkan karya tiga dimensi. Saya berbincang cukup lama menanyakan maksud karya itu. Sebuah teko dan dua cangkir yang tengahnya sedikit retak. “Apa maksud karya ini?” Aku cukup malu lantaran pertanyaan itu berlagak seperti seorang Kurator. Namun, pembikin karya itu sebut saja Desi namanya. Ia menjawab dengan serius, “Dua cangkir dan teko adalah saksi bisu dari perjamuan. Kegembiraan dan materi perbincangan yang silih berganti mengalir dalam setiap pembicaraan, pikirku benda itu cukup berjasa dalam setiap perjamuan.” Aku mengangguk-anggukan kepala kemudian berimajinasi mengenai teko dan cangkir.

Seni
Rambakco/ Cangkir Perjamuan/ Iramani

Pameran karya seni penting untuk dihelat. Menurut Dr. Sigit Purnomo Adi, Sn., M.Sn menyampaiakan bahwa pelaksanaan pameran seni pinarak sampai ketiga kalinya itu penting untuk memantik mahasiswa untuk bereksplorasi dan meningkatkan konsep berkeseniannya agar lebih mutakhir.

Di beberapa tampilan karya seni saya melirik sebuah pria yang layu ditemani oleh bungkus rokok dan gelas kosong. Pakaian berkelir putih seputih wajahnya yang layu seperti kapas. Nampak lesu seperti kurang makan, namun Desi memberi petunjuk dari proses pelukisan itu. “Lukisan itu digores dari cat minyak. Lukisan itu bertema di abad pertengahan. Ia nampak muram dan depresi. Guratan lukisan itu menyiratkan pelik-pelik zaman peralihan.”

Seni
Rambakco/Karya Pameran Pinarak 3, Seni Rupa Sebelas Maret/ Iramani

“Rencana agenda ini untuk mewadahi teman-teman dari Seni Rupa Sebelas Maret agar nimbrung dan berbagi pengalam berkesenian. Untuk masalah bagus dan jelek nanti dulu, yang paling penting itu proses dan progres.” Tukas Nickosa sambil menunjuk pelbagai karya yang terselip di bagian pojok pameran.

Di hari terakhir tepatnya di hari minggu, Perjamuan 3 akan menggelar diskusi menyoal seni dalam dunia ide. Beberapa tokoh penting akan dihadirkan untuk menelaah lebih dalam dunia seni rupa.

Langit diufuk barat nampak lebam seperti penuh dengan gumpalan air. Hembusan angin beraroma petrichor memaksaku untuk segera kembali ke barak. Saya pun mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal kepada Nicko, Desi, Vito dan kawan-kawan perupa Sebelas Maret yang telah menjamu penikmat karya seni yang kumal seperti saya. Semoga Tuhan terus memberi kebahagiaan kawan-kawan dalam berkesenian. Ars Longa Vita Brevis.

Oleh: Andangdjaja

Artikel Terkait