Sejak Hawa merayu Adam untuk makan buah khuldi yang akan membuatnya arif tentang kebaikan dan kejahatan, manusia percaya akan adanya kekuatan dalam bahan makanan. Orang Mesir pada masa 3.000 tahun sebelum Masehi membagikan bawang putih sebagai makanan pekerja yang membangun Piramida Agung karena memanggapnya sebagai penguat tubuh. Dokter Yunani pertama Dioscorides yakin bahwa jamu yang dibuat dari belalang dapat menyembuhkan penyakit kandung kencing dan hati keledai dapat menyembuhkan ayan. Di Roma Cato Tua menelan kol sebanyak-banyaknya karena ia percaya bahwa kol mengandung daya penyembuh istimewa. Pilianus seorang cendekiawan Romawi yang tenar, percaya bahwa tungkai dan moncong kuda nil dapat menambah gairah seksual.
Selain itu pula, ratusan abad lamanya manusia hanya mengetahui tentang cukupnya jumlah makanan. Untuk memenuhi jumlah makanan yang diperlukan, orang mengumpulkan bahan makanan sebanyak-banyaknya dari segala tempat. Orang mengumpulkan buah dan sayuran liar, menangkap ikan, membunuh binatang. Kemudian, kira-kira 10.000 sampai 12.000 tahun yang lalu, penduduk negara Timur Tengah mulai belajar menanam biji dan beternak; untuk pertama kalinya, manusia memiliki sumber makanan yang dapat diandalkan sebagai pengganti pencarian makanan dengan berpindah-pindah tanpa hentinya.
Kemudian sesudah itu manusia belajar mengolah bahan makanan guna memperlambat pembusukan sehingga hasil panen dan perburuan dapat disimpan untuk keperluan mendatang.
Makanan bukan merupakan sumber penyakit tetapi justru menyehatkan. Akan tetapi makan yang berlebihan akan menjadi penyebab timbulnya penyakit. Tubuh membutuhkan makanan sehat untuk menjaga fungsi organ dan memastikan kinerjanya.
Secara umum, jenis makanan yang tergolong dalam kelompok makanan sehat mengandung berbagai nutrisi. Syarat makanan yang sehat (4 sehat 5 sempurna), yaitu bersih, memiliki gizi yang baik dan seimbang. Keseimbangan makanan sehat adalah makanan yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
Sampai saat ini tak ada sebuah negara yang menjamin seluruh rakyatnya bisa makan cukup. Kelaparan dan kekurangan makanan dapat muncul di mana saja. Seperti di Irlandia Utara antara tahun 1846-1849 sejuta orang lebih mati dan dua juta lagi terpaksa meninggalkan negara itu akibat serangan hawar yang berulang kali menghancurkan tanaman kentang mereka. Kemudian di Kalifornia selama memuncaknya Demam Emas pada tahun 1849, 10.000 orang Amerika mati karena skorbut akibat terputusnya arus normal persediaan sayur segar.
Kekurangan makanan, terutama makanan yang tepat kandungan gizinya, masih menimpa negara-negara yang sedang berkembang. Tetapi pada bagian terbesar Eropa Barat dan Amerika Utara pertanian modern, peningkatan sistem penyebaran dan tingkat kesejahteraan umum telah memungkinkan penyediaan makanan bergizi yang berlimpah untuk setiap warganya.
Tetapi justru kemajuan menghapus suatu bahaya telah menimbulkan bencana lain tak kalah gawatnya. Banyak orang sekarang merusak kesehatan nya sendiri dengan makan terlalu banyak dan tepatnya, dengan makanan terlalu banyak makanan tersebut menjadi kegemarannya.
Karena terlalu berlebihan memakan makanan, maka makin banyaklah jumlah orang menjadi terlalu gemuk, kelebihan berat badan, jelas ini meyebabkan berbagai macam penyakit. Seperti diabetes, penyakit jantung dan ginjal. Ada beberapa penyebab orang menjadi gemuk, seperti :
- Ada beberapa tradisi keluarga yang medorong anak supaya makan berlebihan, misalnya berbunyi “menyia-nyiakan makanan itu dosa” atau pendapat bahwa “ anak gemuk adalah anak yang sehat”. Kebiasaan ini sekali tertananm, akan terbawa terus selama hidup.
- Faktor psikologis pun pengaruh yang besar pula terhadap kegemukan. Bagi beberapa orang, makan merupakan obat ketegangan jiwa, kecemasan, kekecewaan, kebosanan atau perasaan terabaikan. Dengan menikmati hidangan berlimpah mereka mencoba mengobati ketidakbahagiaan yang lebih umum.
- Faktor fisiologis, seperti kelainan metabolisme, gangguan pada kelenjar tiroid dan faktor genetik, bisa dibilang bawaan sejak lahir untuk menjadi gemuk.
- Sepanjang sejarah sastra dan seni menggambarkan orang gemuk, dari Santa Klaus, si gendut Falstaff dalam sandiwara Shakespeare, Gusur dalam serial Lupus dan Kentung dalam Tuyul dan Mba Yul – sebagai orang lucu yang bangga atas kegendutannya.
Gangguan kesehatan atau penyakit pada tubuh banyak sekali penyebabnya, bahkan siapa sangka bila makanan yang dikonsumsi pun juga memiliki potensi menyebabkan penyakit pada tubuh. Penyakit menular akibat makanan merupakan infeksi yang datang dari makanan yang telah terkontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, virus ataupun parasit. Tak hanya itu, penyakit dari makanan juga dapat datang dari makanan yang telah kadaluarsa hingga terkontaminasi zat kimia tertencu ataupun racun.
Karena saat seseorang mengonsumsi suatu makanan ataupun minuman yang telah terkontaminasi, maka mikroorganisme yang terkandung dalam makanan tersebut akan ikut tertelan hingga menginfeksi tubuh. Bila mikroorganisme sudah masuk melalui saluran pencernaan, maka gejala-gejala yang akan timbul pun berkaitan dengan masalah pencernaan, seperti diare, muntah-muntah bahkan sakit perut yang parah. Sehingga penyakit menular yang disebabkan oleh makanan termasuk dalam kondisi yang lebih mengacu pada keracunan makanan.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia yang dikutip dari laman resmi Instagram BPOM, bahwa terdapat sebanyak 600 juta penduduk dalam setahun yang mengalami sakit setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Hanya karena manusia itu omnivora, maka ia mampu menguasai planet ini. Berkat kemampuannya untuk hidup dengan memakan hampir apa saja yang tumbuh dan menghasilkan asupan nutrisi untuk tubuh bisa didapat dari beragam jenis makanan sehat, tidak terbatas pada satu jenis saja. Bahkan, disarankan untuk mengonsumsi ragam menu untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Mengonsumsi berbagai jenis makanan bisa memberikan nutrisi yang berbeda, sehingga gizi yang diperlukan oleh tubuh bisa terpenuhi – Makanan dan Gizi, Pustaka Ilmu, Edisi Kedua 1986.