Mengenal Semangkuk Soto

Oleh rambak.co
26 Juni 2024, 11:38 WIB

Soto merupakan makanan yang sangat dikenal masyarakat Indonesia. Hidangan yang cocok dimakan di semua waktu, pagi, siang, sore, malam, bahkan subuh. Biasanya dalam satu mangkuk soto berisikan nasi putih, tauge, bihun, daging ayam/daging/jerohan yang disiram dengan kuah panas yang kaya akan rempah. Bagi masyarakat Indonesia, soto bisa dinikmati setiap saat karena soto tidak mengenal acara-acara tertentu yang mengharuskan makanan itu ada seperti nasi tumpeng ataupun jenang tiga warna.

Makanan berkuah yang enak disantap saat masih hangat ini  memang sudah menjadi salah satu makanan populer dan mudah ditemukan hampir di setiap kota di Indonesia yang kenikmatannya tidak hanya dikenal masyarakat lokal, melainkan di mancanegara. Varian soto juga beragam dengan cita rasa yang berbeda-beda di setiap daerah, sesuai dengan kultur dan bahan-bahan di wilayah masing-masing.

Namun sahabat rambak penasaran tidak sih mengenai asal mula soto yang saat ini sudah berkembang dengan berbagai varian yang berbeda di setiap daerah? Berikut kami merangkum dari berbagai media tentang asal mula soto.

Ary Budianto dan Intan Kusuma Wardhani, antropolog dari Universitas Brawijaya menulis artikel yang serius tentang soto. Dalam seminar internasional orang keturunan Cina di Indonesia pada November 2013 yang berlangsung di Semarang, Jawa Tengah,  Dikutip dari Indonesia.go.id, Ari mengatakan dari sebuah catatan kaki yang ditulis Indonesianis asal Prancis Denys Lombard, soto berasal dari makanan populer abad ke-19 yang aslinya bernama caudo atau jao to.

Hal yang hampir sama juga disampaikan seorang peneliti lain, Aji “Chen” Bromokusumo. Ia mengatakan soto bersal dari kata shao du atau sao tu yang berarti memasak jeroan. Dari dua makna tersebut, makanan tersebut adalah makanan yang berbahan dasar utama perut binatang, jeroan yang kaya akan kaldu, lemak, berempah dan harum. Hidangan khas Banyumas berkuah gurih Jao to kemudian dikenalkan kepada masyarakat asli Indonesia. Sebelumnya orang China banyak menggunakan daging babi atau jeroan babi. Namun karena banyak  warga yang beragama Islam, maka babi diganti dengan jeroan sapi, kerbau, atau ayam.

Dari penggunaan jeroan, sangat sulit dibayangkan kalangan menengah di abad ke-19 memakan makanan yang berbahan dasar jeroan yang penuh lemak. Ary berani mengatakan bahwa soto adalah makanan khas yang siap saji dan siap antar bagi kalangan menengah ke bawah bagi kalangan kelas menengah atas era akhir abad 19 hingga awal abad 20 isu higienitas dan kualitas makanan sangat menjadi perhatian. Sementara itu Rudolf Mrazek dalam bukunya Engineers of Happy Land (2018) banyak bercerita tentang kalangan kelas atas Hindia Belanda yang lebih “borjuis” dari pada sepantarnya di Eropa.

Gaya hidup mewah dan super higienis bahkan rasis sering ditunjukkan dalam sajian makanan yang memandang rendah makanan orang pribumi. Oleh karena itulah menurut penelitian Ary, dalam buku resep makanan yang sangat populer pada akhir abad 19 yakni Drukkerij Lie Tek Long Batavia, menu soto tidak ditemukan. Sejarah menunjukkan bahwa menu makanan rakyat yang sangat populer ini baru tercatat dalam buku resep Mustika Rasa (1967) yang digagas oleh Bung Karno.

Jadi kesimpulannya menurut Ary, yang membuat soto itu adalah bahan dasarnya, yakni jeroan. Bahan dasar jeroan inilah yang menjadi cikal bakal soto yang populer hingga saat ini. Secara kuantitas soto jenis ini lebih banyak diabndingkan dengan soto yang lain. Saat ini ada sekitar 70 jenis soto yang ada di Nusantara. antara lain yang terkenal adalah soto Madura, soto Lamongan, soto Kudus, soto Sokaraja. Ada juga soto tauco asal Pekalongan, soto Padang, soto Betawi atau coto Makassar. Termasuk juga soto seger Boyolali, soto Bandung, soto Banjar hingga soto mie Bandung. Perbedaan banyaknya varian soto didasari oleh jenis rempah dan penggunaan santan, kunyit atau kuah kaldu asli. Begitu.

Jadi menurut sahabat Rambak, apa soto favorit kalian?

SiswantoroPengamat kuliner berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Kepiawaiannya dalam mencecap pelbagai macam bentuk kuliner, akan dituliskan dan diterbitkan dekat-dekat ini.

Artikel Terkait