Di suatu tempat mungkin di Angkirngan atau di warung makan acap kali bertemu dengan yang namanya tempe. Olahan kedelai tersebut memilik keunggulan berupa kandungan gizi yang dapat dibilang cukup besar. Di samping kandungan gizinya nan besar itu, tempe nampaknya tersirat pada sebuah sejarah dari waktu ke waktu. Tepatnya pada 17 Agustus 1963, Ir. Soekarno sempat menyinggung tempe di tengah-tengah pidatonya.
“Kita bangsa besar kita bukan “bangsa tempe”, kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embel dengan syarat ini itu! Lebih baik makan gapoek tapi merdeka, daripada makan bestik tetapi budak.”
Dari uraian yang tersirat dalam pidato bernama Genta Suara Revolusi Indonesia, Ir. Soekarno mengumpamakan tempe sebagai cerminan bangsa yang lemah. Namun, dalam telaah lanjutan dalam perspektif Fatmawati dalam Fatmawati; Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Ir.Soekarno menganggap tempe sebagai makanan kesukaannya. Tempe yang dibikin dari proses fermentasi itu diakui oleh negeri manapun punya banyak gizi di dalamnya.
Asal usul tempe
Tempe aromanya begitu khas. Bentuknya terkadang lonjong, kotak, persegi hingga ada yang dibentuk segitiga sama kaki. Dalam penyajian bentuknya para pembikin mengkreasikannya dengan cara yang berbeda-beda. Butiran kedelai yang dibalut oleh serabut halus jamur, menyeruak aroma yang nampak begitu khas. Perpaduan antara aroma jamur dan harum kedelai.
Berjalanannya waktu, tempe terselip di meja makan manusia Indonesia. Kiwari, Tempe juga digemari di negeri manapun seperti Jepang dengan dibuktikan oleh toko pertamanya di Amerika Utara, Joy of Java (1961) oleh Marry Otten di Albany California. Setelah itu menjamur toko-toko tempe lainnya seramai jamur yang mendekap di sela-sela kedelai.
Asal usul tempe masih menjadi perdebatan. Beberapa pengamat, keberadaan tempe tak lekang dari pembuatan tahu. Sisa-sisa kedelai yang tak terpakai, konon tertinggal di sebuah bak dan menjamur. Kedelai yang dikerubuti oleh jamur itu, tak sengaja untuk dicecap. Alhasil muncullah yang namanya tempe.
Salah satu pakar mengenai pertempean, adalah Wida Winarno tak sepakat, bila tempe itu berasal dari limbah tahu. Wida merujuk dari sebuah catatan kuno bernama serat Centhini, dimana di serat tersebut menyinggung tempe. Adapun mengenai serat Centhini sendiri sangat berat dan berbobot menyiratkan situasi jawa di medio 1812 tentang politik, keagamaan, kesenian, ramalan, sulap, bahkan seksualitas ala jawa.
Dalam Serat Centhini jild ketiga, tersirat tempe, Pakubuwana V dan Pengeran Tembayat. Pada pagina tersebut dijelaskan perjalanan Cebolang dari candi Prambanan menuju Pajang. Di tengah perjalanan yang cukup terik dan menguras tenaga, gemrucuk perut membikin para pelancong cukup kuwalahan.
Bertepatan di dusun Tembayat di wilayah Kabupaten Klaten, para pelancong dijamu makan siang oleh pangeran Bayat dengan laut seadanya.”…Brambang jae santen tempe…asem sambel lethokan…” Dari beberapa catatan yang tersirat di serat Centhini, Wida Winarno haqqulyaqin bahwa tempe berasal dari Indonesia.
Meski Wida Winarno mengakui bahwa tempe berasal dari Indonesia. Sejarawan ternama Ong Hok Ham menyuluh bahwa tempe itu berasal dari Tiongkok. Menurut hipotesis Ong Hok Ham, tempe dibentuk dari ketidaksengajaan. Para Hokkiau yang merantau ke jawa pada medio abad ke-17 memperkenalkan tofu (baca; tahu). Bukan hanya memperkenalkan nikmatnya tahu, para perantau ulung itu juga memperkenalkan cara pembikinannya. Tempe muncul dalam relung ketidaksengajaan. Limbah pemikinan tahu yang terdiri dari serpihan kedelai yang tergelatak di pojok ruang, syahdan, kumpulan serpihan itu dinamakan tempe.
Keturunan Belanda bernama Van Veen dan Schaeter pada (1950) membantu para penilik atau penikmat makanan dalam kebahasaan. Mereka memperkenalkan ejaan ‘tempe’ dalam artikel bahas Inggris dengan tambahan h setelah kata tersebut agar tak menyamai dengan kata temp.
Kandungan Tempe
Menariknya kandungan gizi di dalam tempe lebih tinggi dari kedelai itu sendiri. Beberapa khasiat dalam tempe antar lain; Vitamin B2, Vitamin B12, Niasin dan juga asam pantotenat. Tempe menunjukkan kandungan niasin sebesar 1,13 mg/100 gram berat tempe yang dimakan. Kelompok vitamin yang terdapat di dalam tempe terdiri atas dua jenis yaitu yang larut di dalam air (Vitamin B kompleks) dan larut lemak (Vitamin A, D, E dan K). Sumber vitamin B yang potensial jenis Vitamin tersebut ialah, Vitamin B1 (Tiamin), Vitamin B2 (Riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (Niasin), Vitamin B6 (Piridoksin), dan Vitamin B12 (Sianokobalamin) juga terdapat dalam oleh tempe.
Tempe merupakan satu-satunya sumber nabati yang memiliki kandungan B12, dimana kandungan ini hanya dimiliki oleh produk hewani, sehingga tempe memiliki potensial yang lebih baik dibandingkan produk nabati lainnya. Selama proses fermentasi dalam pembuatan tempe terjadi peningkatan Vitamin B12 yang perkirakan mencapai sekitar 6,45 kg, Riboflavin (Vitamin B6) meningkat 4-14 kali, Niasin meningkat 2-5 kali, biotin mengalami peningkatan sebesar 2-3, asam folat 4-5 kali, dan asam pentatonat hanya meningkat 2 kali lipat dibandingkan dari kandungan kedelai sebelum difermentasi. Vitamin ini tidak dihasilkan oleh kapang Rhizopus, melainkan dari kontaminasi Klebsiella pneumoniae, dan Citrobacter freundii.
Kandungan dari Vitamin B12 di dalam tempe berkisar dari 1,5 sampai 6,3 mikrogram/ 100 gram tempe kering yang dikonsumsi, jumlah ini sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan Vitamin B12 seseorang per hari. Dengan mengkonsumsi tempe setiap hari, kandungan Vitamin B12 seorag vegetarian tidak perlu untuk dikhawatirkan karena sudah terpenuhi.