Benarkah Selingkuh Karena Faktor Genetik?

Oleh rambak.co
19 Juli 2024, 19:00 WIB

Selingkuh merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi ketika salah satu ataupun kedua pasangan tidak menghormati lagi perjanjian untuk setia. Perselingkuhan adalah masalah umum yang terjadi pada pasangan di dalam konseling (Atkins, Baucom, Eldridge, & Christensen, 2005). Pasangan terapi melaporkan 50%-65% pasangan melakukan konseling pernikahan karena perselingkuhan di dalam rumah tangga. (Atkins, Baucom, & Jacobson, 2001).

Menurut Allen, Duncome, Harisson, & Marsden (2004), diantara 30% dan 60% pria dan 20% dan 50% wanita memiliki masalah di dalam pernikahan mereka, seperti masalah perselingkuhan dan masalah ekonomi serta masalah lainnya. Definisi perselingkuhan Johnson (2005) mendefinisikan perselingkuhan sebagai tindakan yang dirasakan dan dialami sebagai penghianatan yang menyakitkan dari suatu kepercayaan dan ancaman dalam suatu hubungan; tindakan ini merusak ikatan kasih sayang dan cinta pada pasangan (Johnson, 2005). Asya (2000) mendefinisikan perselingkuhan (selingkuh) sebagai perbuatan seorang suami (istri) dalam bentuk menjalin hubungan dengan seseorang di luar ikatan perkawinan yang kalau diketahui pasangan sah akan dinyatakan sebagai perbuatan menyakiti, mengkhianati, melanggar kesepakatan, di luar komitmen.

Dengan kata lain selingkuh terkandung makna ketidakjujuran, ketidakpercayaan, tidak saling menghargai dengan maksud menikmati hubungan dengan orang lain sehingga terpenuhi kebutuhan afeksi-seksualitas (meskipun tidak harus terjadi hubungan sebadan).

Bird & Melville (1994), menyatakan bahwa perselingkuhan dilakukan oleh salah satu pasangan yang telah menikah adalah hubungan yang dengan orang lain yang bukan pasangannya. Jadi, perselingkuhan yang akan dibahas di sini adalah tindakan menyeleweng, berhubungan dengan pasangan lain di luar pasangan nikah tanpa diketahui oleh pasangan nikahnya.

Penyebab Perselingkuhan Dr. Willard Harley (1994) menyatakan penyebab perselingkuhan amat beragam dan biasanya tidak hanya disebabkan oleh satu hal saja. Ketidakpuasan dalam perkawinan merupakan penyebab utama yang sering dikeluhkan oleh pasangan, tetapi ada pula faktor-faktor lain di luar perkawinan yang mempengaruhi masuknya orang ketiga dalam perkawinan.

Tidak bertemunya kebutuhan suami dan istri dalam rumah tangga. Kebutuhan istri meliputi kebutuhan akan kasih sayang (affection), percakapan (conversation), ketulusan dan keterbukaan (honesty and openness), komitmen finansial (financial commitment) dan komitmen keluarga (family commitment). Sedangkan kebutuhan suami meliputi kebutuhan seksual (sexual fulfillment), kebersamaan dalam rekreasi (recreational companionship), memiliki pasangan yang menarik (an attractive spouse), dukungan dalam rumah tangga (domestic support) dan kekaguman (admiration).

Lebih jelasnya, Menurut Monty P. Satiadarma (2001) penyebab terjadinya perselingkuhan dilatari oleh beberapa alasan antara lain:

  1. Keterpikatan fisik Keterpikatan fisik merupakan salah satu hal yang menggugah seseorang untuk melakukan pendekatan kepada seseorang. Aspek fisik ini mencakup paras, bentuk tubuh, tatapan mata, cara berpakaian, nada bicara hingga gerakan tubuh seseorang. Alasan mengapa seseorang tertarik pada penampilan fisik seseorang sulit dirumuskan.
  2. Kebutuhan merupakan salah satu alasan paling mendasar bagi pelaku perselingkuhan untuk melakukan perselingkuhan. Alasan fisik, sosial, atau psikologis didasari oleh sebuah kebutuhan. Kebutuhan tersebut antara lain kebutuhan teman untuk berbicara dan berbagi. Kebutuhan muncul akibat adanya suatu situasi yang tidak menyenangkan atau tidak memuaskan. Seseorang yang melakukan perselingkuhan, misalnya didorong oleh kebutuhan untuk bersama dengan orang lain yang mampu memberinya kenyamanan. Dalam sebuah perkawinan menurut Harley & Chalmers terdapat sepuluh kebutuhan emosional, antara lain kebutuhan akan pujian, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan berkomunikasi, kebutuhan dukungan keluarga, kebutuhan tekad kebersamaan keluarga, dukungan keuangan, kejujuran dan keterbukaan, penampilan fisik, dan kebersamaan (Satiadarma, 2001: 78). Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi (unmet needs) dapat menimbulkan kerentanan pada diri seseorang untuk melakukan perselingkuhan.
  3. Selain aspek kebutuhan, terdapat pula aspek tekanan. Tekanan merupakan keadaan yang memberi pengaruh besar seseorang untuk melaksanakan dorongan keinginannya untuk berperilaku tertentu ke suatu objek tertentu. Misalnya salah satu pasangan membutuhkan suami atau istrinya untuk berkomunikasi, namun pasangannya tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pasangannya justru cenderung menginterogasi. Hal ini dapat menimbulkan suatu tekanan yang tidak nyaman dan cenderung mendorong pasangannya tersebut untuk berkomunikasi dengan pihak lain yang memberinya kenyamanan berkomunikasi. Hal tersebut dapat diperolehnya melalui berselingkuh.
  4. Aspek komunikasi seringkali menjadi salah satu masalah penyebab terjadinya perselingkuhan. Permasalahan bukan timbul dari kuantitas komunikasi, namun timbul dari kualitas komunikasi pasangan tersebut. Menurut Harley & Chalmers, seringkali pasangan tidak berani secara terbuka menyatakan perasaannya kepada pasangannya (Satiadarma, 2001: 81). Kualitas dan kenyamanan berkomunikasi yang didapat dari pihak lain diluar pernikahan menimbulkan peluang terjadinya perselingkuhan.

Melansir dari penelitian yang diterbitkan oleh PLOS One, ternyata ada yang namanya “cheating gene”, yaitu gen D4 polymorphism atau disingkat DRD4 (DRD4 VNTR). Setiap orang terlahir dengan membawa gen ini, dan yang menentukan bakat selingkuhnya adalah varian serta ukuran dari gen tersebut.

Gen DRD4 berperan dalam produksi hormon dopamin. Hormon ini diproduksi oleh otak ketika suasana hati sedang gembira. Gen ini juga dikaitkan dengan kecanduan seseorang terhadap alkohol dan tantangan.

Selain gen DRD4, ternyata ada gen lain yang dikatakan berperan, yaitu AVPR1A. Gen ini memproduksi arginine vasopressin yang mengatur rasa percaya dan empati seseorang. Varian tertentu dari gen AVPR1A ini dipercaya berpotensi menjadi gen selingkuh.

Tidak hanya faktor keturunan atau genetik yang memengaruhi keinginan seseorang untuk selingkuh. Ada juga faktor lingkungan, ekonomi, sosial, dan psikis yang ikut berperan.  Faktor lingkungan di sini merujuk pada apakah bila orang tua berselingkuh, anaknya kelak akan berselingkuh juga?

Selain melihat dari gen atau faktor genetik, mencontoh perilaku orang tua merupakan hal yang wajar dilakukan oleh seorang anak. Ketika ia melihat bahwa terjadi perselingkuhan di dalam rumah tangga kedua orang tuanya, ada dua kemungkinan yang akan terjadi.  Ia menjadi sangat setia dan membenci perselingkuhan, atau justru malah mewajarkan dan melakukannya pada pasangannya.

Tipe Perselingkuhan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, penggolongannya didasarkan derajat keterlibatan emosional dari pasangan yang berselingkuh (Subotnik & Harris, 2005). Beberapa bentuk perselingkuhan adalah sebagai berikut:

  1. Serial Affair; Tipe perselingkuhan ini paling sedikit melibatkan keintiman emosional tetapi terjadi berkali-kali. Hubungan yang terbentuk dapat berupa perselingkuhan semalam atau sejumlah affair yang berlangsung cukup lama. Dalam serial affair tidak terdapat keterlibatan emosional, hubungan yang dijalin hanya untuk memperolah kenikmatan atau petualangan sesaat. Inti dari perselingkuhan ini adalah untuk seks dan kegairahan. Walaupun tidak melibatkan keterlibatan emosional yang mendalam antara pasangan dan kekasih-kekasihnya, namun tidak berarti perselingkuhan ini tidak membahayakan. Tidak adanya komitmen dengan pasangan-pasangan selingkuh menunjukkan juga tidak adanya komitmen terhadap perkawinan. Hubungan dengan pasangan yang berganti-ganti juga berbahaya karena resiko penularan penyakit menular seksual.
  2. Flings; Mirip dengan serial affair, Flings juga ditandai oleh minimnya keterlibatan emosional. Hubungan yang terjadi dapat berupa perselingkuhan satu malam atau hubungan yang terjadi selama beberapa bulan, tetapi hanya terjadi satu kali saja. Dibandingkan dengan tipe perselingkuhan yang lain, Flings termasuk yang paling tidak serius dampaknya.
  3. Romantic Love Affair; Perselingkuhan tipe ini melibatkan hubungan emosional yang mendalam. Hubungan yang terjalin menjadi amat penting dalam keseluruhan kehidupan pasangan. Seringkali pasangan berpikir untuk melepaskan perkawinan dan menikahi kekasihnya. Bila perceraian tidak memungkinkan, perselingkuhan tersebut dapat berlangsung jangka panjang.
  4. Long Term Affair; Perselingkuhan jangka panjang merupakan hubungan yang menyangkut keterlibatan emosional paling mendalam. Hubungan dapat berlangsung bertahun-tahun dan bahkan sepanjang kehidupan perkawinan. Cukup banyak pasangan yang merasa memiliki hubungan lebih baik dengan pasangan selingkuhnya daripada dengan suami atau istri. Disebabkan oleh perselingkuhan yang sudah berlangsung lama, tidak jarang hubungan ini juga diketahui oleh istri dan bahkan pihak keluarga. Pada sejumlah pasangan tertentu, seolah ada perjanjian tidak tertulis bahwa perselingkuhan boleh terus berjalan asalkan suami tetap memberikan kehidupan yang layak bagi istri dan anak-anak. Eaves & Robertson-Smith (2007) menyimpulkan bahwa pria umumnya melakukan perselingkuhan yang disertai hubungan seks (sexual infidelity), sementara kebanyakan wanita berselingkuh untuk memperoleh kedekatan emosional (emotional infidelity).

Dampak Perselingkuhan berarti pula penghianatan terhadap kesetiaan dan hadirnya wanita lain dalam perkawinan sehingga menimbulkan perasaan sakit hati, kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam (Snyder, Baucom, & Gordon, 2008; Subotnik & Harris, 2005).

Istri-istri yang amat mementingkan kesetiaan adalah mereka yang paling amat terpukul dengan kejadian tersebut. Ketika istri mengetahui bahwa kepercayaan yang mereka berikan secara penuh kemudian diselewengkan oleh suami, maka mereka kemudian berubah menjadi amat curiga. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan perselingkuhan tersebut. Keengganan suami untuk terbuka tentang detil-detil perselingkuhan membuat istri semakin marah dan sulit percaya pada pasangan. Namun keterbukaan suami seringkali juga berakibat buruk karena membuat istri trauma dan mengalami mimpi buruk berlarutlarut (Glass & Staeheli, 2003).

Secara umum perselingkuhan menimbulkan masalah yang amat serius dalam perkawinan. Tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian karena istri merasa tidak sanggup lagi bertahan setelah mengetahui bahwa cinta mereka dikhianati dan suami telah berbagi keintiman dengan wanita lain (Weiner-Davis, 1992). Pada perkawinan lain, perceraian justru karena suami memutuskan untuk meninggalkan perkawinan yang dirasakannya sudah tidak lagi membahagiakan. Bagi para suami tersebut perselingkuhan adalah puncak dari ketidakpuasan mereka selama ini (Subotnik & Harris 2005).

Bisakah Perselingkuhan Dicegah dan Diatasi?

Menurut Psikiater dr. Santi Yuliani, SpKJ, orang yang gemar ‘berselingkuh’ dikarenakan didorong oleh dopamin, serotonin, norepinefrin, dan adrenalin. Secara singkat, dopamin adalah zat kimia di dalam otak yang bisa meningkat kadarnya saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Jadi kalau melihat sesuatu yang bukan milik kita terus deg-degan itu salah. Karena hadirnya dopamin, serotonin, norepinefrin, dan adrenalin.

Karena begitu dilanjutkan seseorang akan mulai masuk ke emotional affair, perselingkuhan kan tidak harus ada hubungan seksual. Jadi mulai, dandan atau berpakaian rapi ke kantor, kemudian mulai texting-texting (chatting), tentu ini melibatkan jalur otak dopamin.

Perlu di ingat, pada mereka yang terlahir dengan warisan genetik/keturunan selingkuh, belum pasti akan menjadi pelaku perselingkuhan. Karena semua kembali pada pribadi masing-masing.

Berusaha mematuhi komitmen pernikahan membuat seseorang terhindar dari perselingkuhan. Jika kamu merasa jenuh dalam hubungan, carilah kegiatan baru yang lebih menantang agar keinginan selingkuh bisa kamu hindari.

Hindari pula kesempatan-kesempatan yang dapat memciu perselingkuhan. Misalnya sering chatting, mengobrol dan pergi berdua dengan lawan jenis.

Dengan menghindari kesempatan-kesempatan ini serta memegang teguh komitmen akan membuat kita setia pada pasangan walaupun pasangan kita tidak sempurna.

Jadi sebaiknya mulailah curiga jika pasangan mulai sering berdandan dan memakai wangi-wangian jika berangkat ke kantor.

 

 

Artikel Terkait