Rambak.co-Surakarta. Lampion berkelir merah, hijau, kuning dan biru menggelantung di sekitar komplek pasar gede. Pasang mata menyaksikan bagaimana menariknya lampion yang menggelantung diterpan angin nan genit. Di sekitarnya para pekerja repot dengan pekerjaannya. Menjual pernak-pernik, menjajakan buah, sayur mayur dan batu mulia di beberapa sisi pasar gede. Mafhum, akhir tahun ini tepatnya di tanggal 29 Januari 2025, republik akan memperingati imlek 2576 Kongzili. Di Surakarta, peringatan Imlek cukup kental dan meriah.
Tergalantung dagangan barongsai dan pernak-pernik imlek di sepanjang Pasar Gede. Para pengunjung asik menikmati nuansa Imlek nan kental. “Saya memotret tempat ini, lantaran cukup bersejarah dan menarik, selamat merayakan imlek.” tukas Ardi seorang mahasiswa jurusan seni yang mengucapkan Imlek sebelum waktunya.

Prosesi hari-hari besar di Surakarta selalu dirayakan dengan ramai. Di halaman balai kota tepatnya di jalan Jendral Sudirman berdiri ornamen-ornamen khas Imlek. Begitu juga dengan di Jalan Jendral Urip Sumoharjo, di beberapa titik itu, terpancang dengan rapi ornamen-ornamen Imlek yang semakin menguatkan bagaimana kota Surakarta itu kota penuh keberagaman. Segala bentuk perayaan agama dan kepercayaan dirayakan secara meriah.
Pada bagian tenggara pasar gede, terdapat sebuah klenteng bernama Tien Kon Sie. Konon klenteng itu sudah ratusan tahun menjadi saksi bisu hiruk-pikuk warga solo di sekitaran pasar gede. Tak hanya itu, klenteng itu dinilai sebagai klenteng tertua di Indonesia. Pasar gede, klenteng dan imlek cukup lekat. Di hari imlek, galibnya dirayakan dengan meriah. Pelbagai kegiatan seperti peribadatan dan pesta rakyat acap kali dihelat memperingati imlek.
Beberapa pengunjung terekam pula sedang asik bersua foto, menikmati Pasar Gede yang ramai dengan lampion. Salah satu pengunjung di mana sedang mengenyam pendidikan Menengah Pertama melawat seusai sekolah. Bersama kawan-kawannya mereka bersua foto dan meperbincangkan tentang imlek. Nampak dalam air mukanya cukup bahagia.
Sejarah Imlek
Tahun baru imlek acap kali kita mengenalnya sebagai perayaan tahun baru, telah dirayakan lebih dari 4.000 tahun. Mula buka pada Dinasti Shang pada (1600-1046 SM), sebagai rasa syukur atas panen dan penghormatan kepada dewa serta leluhur, dihelatlah ritus-ritus bernama Imlek.

Imlek juga berkaitan dengan makhluk mitos Nian. Mitos itu muncul setiap akhir tahun membayang-bayangi desa-desa. Para penduduk mengusir Nian dengan rapalan dan suara keras, memakai pakaian berkelir merah dan meletupkan kembang api. Syahdan, tradisi Imlek lekat dengan petasan.
Kemudian, pada masa Dinasti Han (202 SM-220M), perayaan mulai jadi ritual. Pelbagai tradisi serta makanan bersama tersaji. Tak hanyai itu pemberian angpau dan memasang lentera merah mulai menyeruak pada medio itu. Kalender lunar yang digunakan dalam Imlek didasarkan pada siklus bulan, berbeda dengan kalender matahari yang umumnya digunakan di dunia modern.