Kongres XXI PB PMII di Palembang Sumatera Selatan terus berlanjut. Meskipun beberapa kali ricuh, kongres terus berusaha dilanjutkan karena demikianlah dinamika organisasi mahasiswa. Sepertinya sudah lumrah terjadi. Memang bukan mahasiswa namanya jika tidak berani untuk melawan, jika hanya berdiam diri mengikuti arus ketika melihat banyak hal yang seharusnya tidak terjadi (tidak sesuai aturan).
Dunia pertiktokan telah ramai berseliweran dengan video yang menunjukkan bahwa Kongres XXI PB PMII benar-benar ricuh. Pernyataan sikap juga tengah digaungkan oleh berbagai pihak. Ada yang menyatakan supaya kongres dimulai dari awal dengan alasan banyak cabang yang belum teregistrasi dengan baik. Disisi lain juga ada yang menuntut PB PMII supaya tetap melanjutkan Kongres XXI di Palembang sebagaimana prosedur yang telah ditetapkan. Ada sekian banyak tuntutan yang ditujukan kepada PB PMII dan SC beserta OC menghadapi dinamika Kongres XXI yang semakin hari semakin pelik diselesaikan.
Mengingat dari rundown acara, hari ini adalah hari terakhir Kongres XXI. Maka sudah selayaknya telah selesai. Akan tetapi, pleno laporan pertanggungjawaban PB PMII dan pleno lainnya masih saja ditolak oleh peserta kongres. Entah bagaimana menyikapinya, yang jelas PB PMII terutamanya kepada Ketua Umum Muhammad Abdullah Syukri perlu menyikapinya dengan baik supaya kongres bisa kembali kondusif.
Terlepas dari bagaimana dinamika Kongres XXI yang sebenarnya bagi kita sebagai kader tidak perlu heran, karena memang demikian jika belajar dari kongres demi kongres yang sebelumnya sudah terjadi. Dinamika pasti ada, selebihnya kita yang dituntut untuk mendewasakan sikap dan pikiran supaya PMII kembali pada marwahnya. Hal lainnya diluar dinamika tersebut, proses kepemimpinan PB PMII perlu untuk diperhatikan sebagai tolok ukur yang paling penting.
Dari 22 calon ketua umum dan 8 calon ketua kopri PB PMII, sepertinya sudah bisa diprediksi oleh banyak orang dengan mengerucutkan ke beberapa orang saja yang mempunyai potensi sangat besar untuk memenangkan kongres. Tentu hal ini hanya sebatas prediksi atau analisis dari banyak orang dengan melihat bagaimana dinamika yang ada. Pamflet (tidak resmi) juga berseliweran menunjukkan beberapa orang yang sangat potensial menang, yang disana juga memperlihatkan siapa backingan dari calon tersebut.
Memantik Pemimpin dan Kepemimpinan PMII
Tidak perlu jauh-jauh belajar berkenaan dengan kepemimpinan dengan tokoh luar, karena Indonesia masih cukup memiliki tokoh hebat yang kepemimpinanya sudah tidak diragukan. Siapa yang tidak kenal dengan Bapak Anies Rasyid Baswedan? Beliau adalah tokoh nasional yang memiliki latar akademisi dan politisi. Sebut saja, pernah menjadi Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur DKI Jakarta, hingga namanya pernah berada dalam kotak suara dalam kontestasi Pilpres 2024.
Pak Anies sebagai sosok yang sudah malang melintang dalam dunia akademisi dan perpolitikan Indonesia, tentu dalam kepribadiannya tertanam jiwa pemimpin yang dalam hal ini sudah tidak perlu kita ragukan lagi. Dalam konsep kepemimpinan, beliau mengatakan bahwa pemimpin itu jika dan hanya jika ada yang mengikuti. Baik itu mengikuti idenya, gagasannya, dan perbuatannya. Kemudian dalam hal itu harus mampu dikomunikasikan dengan baik, memiliki narasi yang mampu disampaikan dan diterima oleh banyak orang. Lalu mampu diwujudkan secara kenyataan dalam bentuk karya.
Jika dilihat dari sepak terjangnya, Pak Anies menerapkan empat kriteria kepemimpinan yang visioner yang dikemukakan oleh Burt Nanus. Pertama, dilihat dari komunikasi yang baik, di sini Pak Anies merupakan orang yang memiliki kelebihan dalam berkomunikasi termasuk berkomunikasi bersama bawahannya dalam memimpin. Kedua, memahami lingkungan luar yang mana Pak Anies dalam hal ini berupaya memperhatikan lingkungan luar organisasi. Ketiga, Pak Anies memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah pusat dan masyarakatnya. Lalu kriteria yang terakhir adalah keterlibatan pemimpin dalam organisasi. Dalam hal ini, Pak Anies telah menginterpretasikannya dengan mengawasi timnya untuk mengetahui situasi kinerja dalam organisasi.
Baca Juga: Kongres XXI PMII dan Visi Keilmuan
Dalam konteks PMII, jika dilihat dari perspektif kepemimpinan Pak Anies adalah bagaimana PMII kedepannya melahirkan sosok pemimpin yang mampu membawa PMII ke arah yang lebih demokratis. Sosok pemimpin (dalam hal ini calon ketua umum dan ketua kopri PB PMII) perlu menjadi sosok yang secara personal kuat dan mampu mengikutsertakan dirinya dalam kepegurusan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Menjadi pemimpin bukan menjadi sosok yang suka memerintah saja, tapi tidak mau untuk bersusah payah dan ikut serta mengeksekusi setiap persoalan.
Selain Anies Rasyid Baswedan, barangkali kita perlu belajar terhadap kepemimpinan Megawati Soekarno Putri. Siapa yang tidak kenal Bu Mega? Beliau adalah putri dari bapak proklamator kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau adalah mantan presiden Republik Indonesia ke-5 dan saat ini beliau adalah Ketua Umum Partai PDIP. Diluar konteks bagaimana beliau dalam pandangan orang-orang kebanyakan, ada hal menarik yang perlu kita pelajari bersama berkenaan dengan kepemimpinan.
Dalam satu kesempatan pidatonya, beliau selaku ketua umum partai sangat membara membakar para kadernya. Warna merah di partainya sama menyalahnya dengan semangat para ketua dan kadernya. Tidak bisa dipungkiri, bagaimana beliau sangat tahu betul terhadap kondisi bangsa Indonesia dan apa yang diperlukan oleh bangsanya. Salah satunya adalah membentuk kader militan partainya untuk dapat menjadi pemimpin yang siap berkontribusi sesuai zamannya.
Dikatakan oleh beliau bahwa partai yang dipimpinnya akan dijadikan sebagai kader pelopor. Hal ini perlu dicontoh oleh organisasi sebesar PMII secara kuantitas. Secara kuantitas, PMII memang memiliki massa yang sangat luar biasa tak tertandingi. Apalagi saat ini telah memiliki pengurus cabang internasional di beberapa negara luar negeri. Tentu yang perlu diperbaiki kedepan adalah bagaimana kualitas kader semakin dikedepankan, potensi-potensi kader semakin diperhatikan untuk menunjang organisasi PMII sebagai organisasi pelopor diberbagai bidang.
Bu Mega dengan lantang mengatakan bahwa kadernya yang tidak siap bekerja untuk rakyat mending out saja. Setiap kader tidak seharusnya takut pada tantangan apapun. Setiap kader punya hak untuk kedaulatan rakyatnya. Karena dari setiap kadernya yang pemberani akan lahir sosok-sosok pemimpin yang dicintai rakyatnya dan siap memperjuangkan rakyatnya. Tentu di PMII juga harus demikian. Apalagi momen Kongres XXI di Palembang saat ini sedang dalam proses menentukan siapa yang akan memimpin PB PMII selama satu periode (3 tahun kedepan). Jika tidak memiliki tawaran dan pemikiran yang matang, mending mundur saja sebagai calon ketua umum. Karena taruhannya adalah marwah organisasi sebesar PMII dan jutaan kader seluruh Indonesia bahkan dunia.
Bu Mega mengingatkan kepada setiap kadernya untuk selalu memiliki sifat progresif revolusioner, pantang menyerah, tahan banting, terus meningkatkan kecakapannya sebagai kader partai. Menjadikan partainya sebagai pembela rakyat sejati. Menurutnya, tidak perlu takut selagi berjuang demi kebenaran, sebab ketakutan hanyalah ilusi. Sungguh luar biasa pemikiran beliau sebagai ketua umum partai. Tentu pemikiran cemerlang ini tidak hanya berlaku di partainya bu Mega, tapi setiap wadah apapun perlu pemikirannya untuk kemudian diterapkan, tidak terkecuali di organisasi PMII. Ketangguhan organisasi tidak lagi sekadar terletak pada kuantitas kader, tapi kualitas kader, person to person, untuk selalu diperbaiki dan dipoles menyesuaikan dengan kebutuhan dan keilmuan yang selama ini telah dipelajari.
Nilai kepemimpinan yang perlu dipelajari juga adalah bagaimana menjadi sosok yang merdeka. Dengan kemerdekaan dan ditopang dengan beberapa nilai lain yang telah disebutkan diatas, maka seorang ketua umum PB PMII beserta organisasinya akan selalu berjalan diatas kebenaran dan keadilan. Tidak mudah disetir, tidak mudah dikoyak-koyak oleh kekuatan apapun diluar organisasi, dan akan selalu memberikan kekuatan dan manfaat kepada sekitarnya dengan maksimal. Hal itulah yang perlu dipahami oleh para calon ketua umum PB PMII, sudah dimiliki atau tidak. Mari kita perhatikan bersama!
Terakhir, ada satu kutipan menarik dari Rocky Gerung. Beliau mengatakan bahwa sekali kalian melawan, jangan pernah sarungkan pistol kalian. Hal ini menandakan bahwa sekali menjadi kader PMII, atau bahkan sekali mencalonkan diri sebagai ketua PMII, maka segala persiapannya baik dari segi perbuatan, hati, dan pikirannya harus ditempa untuk menunjang bagiamana kerja-kerja kaderisasi di PMII bisa berjalan dengan maksimal.