Pentingnya Pemberian Label Bahaya di Botol Air Minum Kemasan

Oleh rambak.co
25 Juli 2024, 18:09 WIB

BADAN Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara resmi menerbitkan aturan baru yang mewajibkan pencantuman label peringatan bahaya Bisfenol A (BPA) pada galon air minum berbahan polikarbonat. Air kemasan galon guna ulang yang tercemar Bisphenol A dikhawatirkan mengancam kesehatan masyarakat.

Atas kebijakan BPOM, para ahli menilai langkah ini sebagai upaya penting dalam melindungi kesehatan masyarakat jangka panjang. Para ahli mengungkapkan penggunaan kemasan galon berbahan Polietilena tereftalat (PET) sekali pakai dapat berdampak bagi lingkungan.  Paparan BPA yang bisa ditemui pada produk plastik berbahan polikarbonat bisa berdampak buruk pada kesehatan.

Pelabelan BPA pada produk air minum dalam kemasan diharapkan meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Bisphenol A merupakan bahan yang sering digunakan dalam produksi plastik polikarbonat, resin epoksi, dan plastik polivinil klorida.

Bahan kimia ini biasa digunakan sebagai pengeras plastik untuk kemasan makanan dan minuman yang berdaya tahan baik, seperti galon air isi ulang, botol minuman, serta pelapis kaleng logam. Namun, pada kondisi tertentu, kandungan Bisphenol A atau BPA ini bisa luruh dan bermigrasi atau berpindah ke dalam makanan atau minuman.

Jika masuk ke dalam tubuh dengan tingkat paparan yang melebihi ambang batas, hal itu bisa berdampak buruk. Sejumlah studi telah membuktikannya.

Studi kohort di Korea Selatan pada 2021 menunjukkan peningkatan risiko gangguan kesuburan atau infertilitas yang disebabkan oleh gangguan hormon akibat paparan BPA ke konsumen. Pemerintah Kanada bahkan mengeluarkan larangan terbatas pada penggunaan BPA dan memasukkan BPA sebagai zat beracun.

Secara spesifik, negara lain seperti Perancis juga melarang penggunaan BPA pada seluruh kemasan pangan. Terkait kandungan BPA, Guru Besar dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Hardinsyah pada Selasa kemarin angkat bicara.

Dia mengatakan BPA yang ada pada bahan galon Polikarbonat (Galon PC) tidak akan berbahaya kalau tidak melebihi batas migrasi yang telah ditetapkan BPOM. Menurutnya, pelabelan BPA pada air minum dalam kemasan  (AMDK) hanya berfungsi mendidik konsumen dan produsen agar dapat memperlakukan semua kemasan pangan sesuai aturan, bukan hanya pada galon PC saja.

Oleh sebab itu, publik berharap agar pemerintah berperan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dampak BPA bagi kesehatan. Tidak tersedianya air minum yang aman dan layak untuk dikonsumsi membuat sebagian besar masyarakat terpaksa menggunakan air minum dalam kemasan.

Ke depan, pentingnya bagi pemerintah memberikan jaminan ketersediaan air minum yang aman dan layak untuk masyarakat.

Kemasan plastik termasuk pilihan praktis dan mudah diperoleh untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari kantong plastik, botol minum plastik, wadah makanan, hingga berbagai perlengkapan rumah tangga. Berikut kami sampaikan arti kode di kemasan plastik:

Meski begitu, tidak semua bahan plastik aman digunakan berulang-ulang, terutama untuk makanan dan minuman. Hal ini dapat Anda ketahui dari logo segitiga yang terdapat di bagian bawah kemasan.

Memahami Arti Kode Huruf di Bawah Kemasan Plastik

Logo segitiga berpanah yang terdapat di bawah kemasan plastik biasanya ditandai dengan kode angka 1–7. Selain itu, ada pula kode huruf di bawah segitiga tersebut, yaitu:

  • PET atau PETE
  • HDPE
  • PVC atau V
  • LDPE
  • PP
  • PS
  • OTHER

Kode-kode tersebut merupakan kode bahan baku dari kemasan plastik yang digunakan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing kode huruf tersebut:

  1. Kode 1 dengan PET atau PETE (polyethylene terephthalate)

Kemasan plastik dengan kode ini terbuat dari bahan polyethylene terephthalate, yang biasanya berwarna jernih atau bening, permukaannya halus, tidak mudah rusak atau pecah, dan tahan suhu panas.

Bahan PETE mampu menghalangi oksigen, air, dan karbon dioksida keluar atau masuk ke dalam kemasan. Oleh karena itu, bahan ini sangat cocok dipakai untuk kemasan minuman bersoda, air mineral, jus, obat kumur, botol selai, dan saus.

Kemasan plastik berlabel PET aman digunakan untuk sekali pakai. Pemakaian berulang diketahui bisa melarutkan bahan ini ke dalam minuman. Bila larut, bahan PETE atau PET dapat memicu munculnya racun DEHA yang dapat menyebabkan gangguan pada organ hati

Selain itu, kemasan berlabel PET atau PETE tidak boleh dipakai untuk air panas atau hangat. Hal ini bertujuan mencegah bahan ini meleleh dan memicu kanker.

  1. Kode 2 dengan HDPE atau PE-HD (high-density polyethylene)

Kode ini menunjukkan bahwa kemasan plastik menggunakan jenis high-density polyethylene. HDPE memiliki ketahanan kimia yang baik, sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan botol plastik untuk produk minuman, sampo, detergen, oli motor, cairan pemutih, dan galon air minum isi ulang.

  1. Kode 3 dengan PVC atau V (polyvinyl chloride)

Bahan PVC ada yang bersifat fleksibel dan kaku. PVC yang bersifat fleksibel biasanya digunakan untuk plastik penampung sampah medis, pembungkus daging, dan plastik penutup wadah makanan. Sementara itu, PVC yang bersifat kaku kerap digunakan untuk bahan bangunan, seperti pipa atau pagar.

Penggunaan PVC dilarang sebagai bahan baku kemasan plastik untuk makanan dan minuman. Hal ini karena PVC mengandung klorin yang sangat tinggi. Selain itu, plastik PVC mengandung DEHA yang dapat terlepas saat dipanaskan dan meningkatkan risiko terkena penyakit ginjal dan hati.

  1. Kode 4 dengan LDPE atau PE-LD (low-density polyethylene)

Plastik jenis ini relatif keras, fleksibel, dan berwarna transparan. Biasanya, LDPE digunakan untuk kantong plastik belanja, kantong plastik sampah, tutup minuman, pelapis kertas karton susu, dan mainan anak.

Kemasan plastik berlabel LDPE atau kode 4 ini tidak disarankan untuk menyimpan makanan atau minuman secara berulang-ulang.

  1. Kode 5 dengan PP (polypropylene)

Jenis bahan plastik ini tahan terhadap suhu tinggi dan sering digunakan untuk tempat menyimpan makanan, botol minum, botol minuman bayi, tempat margarin, bungkus makanan, botol obat, saus, dan sirop. Bahkan, PP dinilai jenis yang paling baik sebagai bahan kemasan plastik untuk  tempat makanan dan minuman. (baca juga; Program Nuklir dan RUU Ketenagaan Nuklir Indonesia)

  1. Kode 6 dengan PS (polystyrene)

Kemasan plastik berbahan polystyrene ini merupakan salah satu bahan yang aman digunakan sebagai bahan untuk membuat cangkir, piring, mangkuk, sendok, garpu, kontainer plastik, dan botol. 

Bahan polystyrene juga bahan untuk kemasan styrofoam atau gabus plastik, yang sering dijumpai jadi pengemas makanan. Sebaiknya, hindari kemasan plastik kode 6 untuk menyimpan makanan atau minuman berulang-ulang. Bahan styrene diyakini dapat memicu gangguan otak dan sistem saraf bila masuk ke dalam tubuh.

. Kode 7 dengan OTHER atau O

Jika botol plastik berlabel OTHER di bagian bawahnya, ini berarti tempat minum tersebut tidak terbuat dari keenam bahan di atas. Ada empat jenis plastik yang termasuk dalam kategori ini, yaitu styrene acrylonitrile (SAN), acrylonitrile butadiene styrene (ABS), polycarbonate (PC), dan nilon.

Kemasan plastik berbahan SAN dan ABS tahan terhadap suhu tinggi maupun reaksi kimia. Jadi, kedua bahan ini boleh digunakan untuk kemasan makanan dan minuman.

Sementara itu, PC dilarang penggunaannya sebab setelah dilakukan tes pada hewan, senyawa PC mengandung bisphenol A atau BPA. Bahan BPA bahkan bisa larut atau luruh karena suhu tinggi maupun saat kemasan ini dicuci. Paparan BPA dalam jumlah tinggi diduga dapat menyebabkan beberapa risiko kesehatan, seperti:

  • Kelainan genetik
  • Gangguan organ reproduksi, seperti endometriosis, kista ovarium, dan masalah kesuburan
  • Penyakit metabolik, termasuk obesitas dan diabetes
  • Gangguan tumbuh kembang anak

Oleh karena itu, sebelum Anda membeli tempat makan atau botol minum dari kemasan plastik, sebaiknya baca kode di bawah kemasan terlebih dahulu. Jangan sampai Anda salah pilih atau bahkan membeli kemasan plastik yang tidak berlabel sama sekali.

Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter bila Anda mengalami masalah kesehatan setelah menggunakan produk kemasan plastik, terlebih bahan plastik yang digunakan hanya untuk sekali pakai.

 

Artikel Terkait