Realisasi Imajinasi

Oleh rambak.co
8 Agustus 2024, 14:29 WIB

Neuralink, yang dikembangkan oleh Elon Musk, merupakan perusahaan Brain Machine Interface (BMI) yang memiliki terobosan dalam teknologi interaksi otak manusia dengan komputer dan perangkat elektronik lainnya secara langsung melalui pikiran. Dengan memasukkan elektroda atau sensor ke dalam otak, manusia dapat melakukan pertukaran informasi dua arah yang sangat menjanjikan, The Royal Society, 2019, Royal Society: http://www.royalsociety.org/ihuman-perspective.

Dikenalkan oleh Elon Musk pada tahun 2016, chip ini dirancang untuk ditanamkan langsung ke dalam otak manusia, dengan tujuan utama mengatasi berbagai gangguan saraf dan memberikan kembali fungsi motorik, kepada individu yang mengalami kelumpuhan.

Chip Neuralink dan cara kerjanya ini melibatkan pembedahan kecil pada tengkorak, untuk menempatkan chip seukuran koin yang kemudian terhubung secara nirkabel dengan perangkat eksternal. Chip Neuralink dilengkapi dengan elektroda kecil yang tersebar di dalam kabel. Elektroda ini berfungsi untuk menangkap dan mengirimkan sinyal listrik dari otak ke perangkat eksternal, seperti komputer atau ponsel pintar.

Melalui metode ini, maka chip dapat mengartikan aktivitas otak menjadi perintah yang dapat mengendalikan perangkat tersebut, memungkinkan penggunanya untuk melakukan berbagai tugas hanya dengan kekuatan pikiran. Meskipun teknologi ini masih dalam tahap pengembangan, potensi masa depannya untuk mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi sangatlah besar. Berikut ini kami rangkum dari berbagai sumber tentang chip Neuralink dan cara kerjanya;

Neuralink, yang dikembangkan oleh Elon Musk, merupakan perusahaan Brain Machine Interface (BMI) yang memiliki terobosan dalam teknologi interaksi otak manusia dengan komputer dan perangkat elektronik lainnya secara langsung melalui pikiran. Dengan memasukkan elektroda atau sensor ke dalam otak, manusia dapat melakukan pertukaran informasi dua arah yang sangat menjanjikan.

Sebelum adanya Neuralink, beberapa peneliti telah mencoba menemukan metode pengobatan bagi pasien pengidap gangguan syaraf. Maka dari itu, muncul istilah bernama Brain Implant, yaitu sebuah alat yang ditanamkan dalam otak guna mengatasi permasalahan syaraf seperti parkinson ataupun epilepsi. Munculnya Brain Implant mendorong kemunculan teknologi BMI terkait salah satu metode terapi bagi pasien pengidap gangguan syaraf dengan cara mengimplan alat pada otak. BMI memiliki tujuan yang selaras dengan Brain Implant, yaitu berusaha memfasilitasi pasien pengidap gangguan syaraf dengan teknologi agar mereka dapat beraktivitas layaknya manusia pada umumnya.

Pada 28 Agustus 2020, tim yang dipimpin oleh Elon Musk berhasil melakukan implantasi chip sensor ke dalam otak seekor babi bernama Gertrude. Melalui chip tersebut, sinyal saraf dari otak Gertrude dapat dikirim kembali, memungkinkan prediksi pergerakan babi tersebut. Penemuan ini memiliki potensi yang menggembirakan bagi pasien yang mengalami kelumpuhan. Keberhasilan tim Elon Musk dalam mengimplantasi chip sensor ke dalam otak babi Gertrude menunjukkan kemungkinan besar bahwa implantasi chip Neuralink pada manusia juga berpotensi berhasil.

Pada 19 April 2021, Neuralink melakukan percobaan yang melibatkan monyet bernama Pager. Dalam percobaan ini, dua chip berukuran koin yang disebut Link diimplantasi ke dalam otak Pager menggunakan robot bedah. Ribuan benang mikro dari chip tersebut terhubung ke saraf otak Pager untuk mengontrol pergerakannya. Awalnya, Pager bermain game Pingpong menggunakan joystick. Namun, setelah beberapa waktu, Pager berhasil menggerakkan kursor pingpong hanya dengan menggunakan pikirannya, tanpa membutuhkan bantuan joystick.

Penelitian serupa juga sempat dilakukan, di mana seekor monyet, yang pada kepalanya ditanamkan beberapa elektroda, dapat menggerakan kursor pada monitor tanpa harus menggerakan tubuhnya. Pengembangan teknologi dalam bidang ilmu pengetahuan memiliki implikasi positif dan negative, dikutip dari SEMIOTIKA (Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Matematika) “Neuralink: Dampak, Tantangan, dan Potensi di Masa Depan”.

Brain Implant atau yang biasa disebut dengan neural implant, merupakan alat medis mutakhir yang terhubung dengan otak dan diletakkan pada permukaan cortex. Brain implant bertujuan untuk mengembalikan koordinasi gerakan normal tubuh pada pasien pengidap kelumpuhan.

Alat ini berinteraksi dengan otak dengan mengirimkan sinyal ke neuron. Terdapat beberapa metode yang sering digunakan dalam dunia brain implant, di antaranya Deep Brain Stimulation (DBS), Stentrode, dan Bioresorbable implant. Mekanisme dari brain implant yaitu dengan menanamkan dua alat di dua tempat, yaitu di permukaan otak, dan di sumsum tulang belakang. Keduanya berfungsi sebagai penghubung antara otak dengan tulang belakang. Ketika komunikasi antara otak dan tulang belakang mulai terhubung, kelumpuhan yang dialami oleh pasien akan teratasi Brain Machine Interface (BMI).

BMI dikembangkan untuk membantu pasien pengidap kelumpuhan dalam mengoperasikan mesin seperti kendaraan, robot, atau komputer dengan menggunakan aktivitas saraf mereka serta sinyal otak digunakan untuk memonitor emosi dan motivasi pasien, dikutip dari Jurnal Hasin, F., Hasan, A. B., Islam, A. R., Hossain, M., & Musa, H. (2018). Reversing Paralysis Technology- Remarkable Breakthrough for the Treatment of Incurable Paralysis. International Journal ofHuman and Technology Interaction.

Baca juga: Era Jokowi: Pembangunan Gacor Cyber Security Loyo)

Penelitian mengenai BMI dan implementasinya dianggap sebagai bidang ilmu interdisipliner yang paling diminati. Pada tahun 1960, BMI pertama kali diuji coba kepada monyet untuk menerjemahkan aktivitas neuron pada otak guna mengontrol mesin. Dari penelitian ini, mulai muncul istilah Brain Machine Interface pada tahun 1970an. Dikutip dari The Royal Society, 2019, September 10: royalsociety.org/ihuman-perspective, sudah banyak orang-orang yang merasakan manfaat dari adanya BMI di dunia medis. Tujuan utama dari BMI adalah untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kinerja manusia.

Neuralink Neuralink adalah perusahaan BMI (Brain Machine Interface) yang memiliki terobosan dalam teknologi interaksi otak manusia dengan komputer dan perangkat elektronik lainnya secara langsung melalui pikiran. Chip berisi kabel panjang dan tipis berukuran 8 mm berisi elektroda yang dipasang dalam otak. Kabel akan mendeteksi sinyal saraf dan akhirnya ini dikirim melalui Link. Ini digunakan untuk berkomunikasi dengan mesin dan bahkan mengendalikannya.

Potensi Neuralink di Bidang Kesehatan Terkait implementasi di bidang kesehatan, Neuralink telah diterapkan pada pasien pengidap gangguan saraf. Implementasi di bidang kesehatan dalam penanganan epilepsi dan parkinson telah menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien yang terkena gangguan neurologis ini. Menggunakan teknologi dan pendekatan medis yang inovatif, para profesional kesehatan telah berhasil mengembangkan metode pengobatan yang efektif untuk mengatasi gejala epilepsi dan parkinson, seperti berikut:

  1. Epilepsi. Brain-Computer Interfaces (BCIs) dapat digunakan untuk mengobati gangguan neurologis dan mengungkapkan tentang fungsi otak. telah memperkenalkan Hardware Architecture for LOw power BCIs (HALO), sebuah arsitektur untuk BCIs yang dapat diimplan, yang memungkinkan pengobatan gangguan, seperti epilepsi. Epilepsi ditandai oleh serangan epilepsi yang ditentukan oleh aktivitas listrik yang tidak terkontrol dan berlebihan pada neuron-neuron (Veletić & Balasingham, 2019).
  2. Parkinson. Seperti halnya epilepsi, dapat diobati dengan stimulasi otak dalam Deep Brain Stimulation (DBS). DBS adalah jenis perangkat BMI yang memerlukan operasi untuk memasang kabel elektroda yang tipis di bagian otak yang bertanggung jawab atas gerakan yang tidak normal. Setelahnya, diperlukan tindakan bedah kedua untuk memasang generator impuls baterai (IPG) di perut atau di bawah tulang selangkangan. IPG kemudian dapat memberikan impuls listrik ke otak untuk membantu mengendalikan beberapa gejala motorik.

Dampak Neuralink dan Masalah Etis Berbicara tentang dampak teknologi, Paul Virilio berkata “When you invent the ship, you also invent the shipwreck; when you invent the plane you also invent the plane crash; and when you invent electricity, you invent electrocution… Every technology carries its own negativity, which is invented at the same time as technical progress.” (Virilio, P. 1999, Politics of the Very Worst. New York ). Perkataan tersebut menunjukkan bahwa teknologi selalu membawa dampak bagi manusia. Hal tersebut memperkuat kebutuhan untuk mempertimbangkan masalah ini secara proaktif. Terdapat beberapa kemungkinan dari adanya teknologi Neuralink, di antaranya:

Kehilangan atau perubahan diri Kemungkinan yang akan terjadi apabila Neuralink diterapkan pada manusia yaitu kehilangan atas indra tubuh. Bagi penyandang tunarungu, kehadiran Neuralink membuat perubahan yang besar. Namun, bagi sebagian orang yang menolak sepenuhnya teknologi tersebut, menganggap ketulian sebagai identitas, bukan sebagai kelumpuhan; mereka sudah terbiasa dengan hal itu dan menggunakan bahasa isyarat untuk komunikasi mereka. Anita Silver menganggap aksi implantasi koklea terhadap orang tuli sebagai “tyranny of the normal”, diciptakan untuk menyesuaikan orang tuli dengan dunia orang-orang yang mampu mendengar dengan normal, memunculkan stigma bahwa orang tuli lebih rendah. Pada akhirnya, setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda dan nilai yang bermakna.

Penurunan tingkat keahlian seseorang Apabila BMI memegang kendali utama atas pengambilan keputusan di tubuh manusia, apakah seseorang masih bisa disebut pemegang utama atas tubuhnya?

Dengan melakukan peningkatan pada fungsi tubuh, dimungkinkan fungsi tubuh manusia akan tergantikan. Akibat fungsi tubuh yang tidak lagi digunakan, dimungkinkan kehilangan kemampuan seseorang. Imbasnya, manusia mengalami ketergantungan dengan teknologi. Maka dari itu, manusia perlu berpikir dua kali apakah BMI memang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan orang yang sehat.

Masalah privasi Mengingat BMI yang mampu mengumpulkan sejumlah biodata fisik dan saraf, hal ini justru menjadi tantangan terkait menjaga privasi dan kontrol atas penggunaan data pribadi. Melihat jejak perkembangan teknologi BMI, dimungkinkan teknologi pembaca pikiran akan muncul di masa depan, dan ada kebutuhan untuk membuat peraturan mengenai privasi. Umumnya orang-orang enggan apabila pikiran mereka dibaca dan tidak ingin kemauan mereka dimengerti oleh sistem. Transparansi atas akses terhadap pikiran mampu mengubah perilaku dan kesejahteraan manusia. Tanpa berpikir terlalu jauh tentang alat pembaca pikiran, hak privasi mengenai beban kognitif telah menjadi masalah isu. Tidak hanya itu, banyak orang yang enggan menunjukkan seberapa besar beban pikiran yang harus mereka tanggung, dan hal tersebut juga berkontribusi pada timbulnya stres dalam diri mereka. Contohnya, seorang bos mengetahui betapa stresnya anggota mereka dalam mengerjakan suatu tugas.

Kemungkinan di Masa Depan Jika berbicara tentang potensi masa depan dengan hadirnya Neuralink, banyak hal yang sebelumnya tak pernah terbayangkan akan menjadi hal yang umum di masyarakat. Hal-hal tersebut di antaranya :

Akses pada otak Nantinya, orang-orang mampu melakukan telepati dan mampu berkomunikasi tanpa bertukar kata dengan mengakses pikiran. Di luar pikiran, pengalaman seseorang mampu dirasakan oleh indra manusia seperti pendengaran, penglihatan, dan perasa. Sangat memungkinkan apabila orang-orang dapat membuat gambar berdasarkan apa yang mereka pikirkan dalam waktu 20 tahun ke depan. Jika pikiran manusia dapat diakses, perusahaan dapat menggunakan cara ini untuk tujuan marketing, seperti memunculkan notifikasi di kepala manusia. Tak hanya itu, orang juga dapat dipenjara jika memiliki pikiran yang berbeda atau berbahaya. Di masa depan juga, pemerintahan mungkin akan mengontrol dan memanipulasi perilaku orang, tak hanya melalui media tapi juga melalui perintah langsung ke otak mereka. Umumnya, jika otak manusia mampu dikendalikan maka akan menyebabkan konsekuensi.

Menggabungkan kecerdasan dengan AI Otak manusia terdiri dari milyaran neuron. Setiap neuron dapat membuat koneksi tanpa neuron lainnya melalui sejumlah links bernama sinapsis Neuron pada otak dapat melakukan seribu operasi per detik sekaligus mampu berkomunikasi dengan ribuan neuron lainnya. Komputer dapat melakukan milyaran operasi tiap detik walaupun hanya terhubung dengan beberapa komputer saja. Oleh karena itu, perbedaan antara keduanya terbilang rumit. Saat ini, BMI memanfaatkan AI untuk mengonversi sinyal syaraf ke data digital. Sebagai contoh, menerjemahkan instruksi dari otak untuk menggerakan tangan buatan. Seperti yang disebutkan di atas, hubungan otak dengan komputer selayaknya hal yang saling melengkapi. Manusia memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan dan kecerdasan emosional, sementara komputer dapat memproses data yang banyak secara cepat. Beberapa pakar dalam teknologi percaya bahwa dampak positif dari menghubungkan manusia dan AI dapat meningkat melalui BMI. Hal ini selaras dengan tujuan Neuralink mengenai penggabungan antara otak manusia dengan AI.

Kemungkinan Neuralink di masa depan, seperti penggabungan kecerdasan manusia dengan AI, dan kontrol otak. Selain itu, dampak dari Neuralink terhadap manusia dan masalah etis juga disampaikan, seperti penurunan tingkat keahlian seseorang, masalah privasi, dan kehilangan atau perubahan diri. BMI dapat dikatakan masih dalam tahap awal pengembangan sehingga masih sulit untuk diprediksi perkembangan ke depannya. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan efek potensial dari BMI terhadap manusia. Mengingat manfaat yang didapat oleh manusia dari BMI yang begitu besar, tetapi ancaman turut menyertainya

Artikel Terkait