Terminal Lucidity, Membaik dari Sakit Kronis Sebelum Meninggal Dunia

Oleh rambak.co
16 Agustus 2024, 17:05 WIB

Mungkin Anda pernah mendengar atau bahkan menyaksikan sendiri seseorang yang terlihat sudah tidak berdaya atau dalam kondisi kritis, tiba-tiba tampak sehat dan bersikap seakan-akan tidak pernah sakit, misalnya bisa berbicara dengan lancar atau bahkan bergerak.

Anda atau kerabat terdekat mungkin berpikir ini merupakan keajaiban dan berharap bahwa orang tersebut akan sembuh dan baik-baik saja. Namun, beberapa saat kemudian yang terjadi malah sebaliknya, ia justru pergi untuk selamanya. Dikutip dari alodokter.com tanggal 11/7/2023, Fenomena inilah yang disebut terminal lucidity.

Apa Itu Terminal Lucidity?

Terminal lucidity adalah kondisi di mana seseorang yang telah mengalami gangguan mental atau neurologis yang parah, seperti demensia atau penyakit Alzheimer, tiba-tiba menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam fungsi mental dan kesadaran. Pasien yang sebelumnya tidak responsif atau mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, mendadak menjadi sadar, berbicara dengan jelas, dan tampak memahami lingkungan sekitarnya. Fenomena ini biasanya terjadi dalam beberapa jam atau hari sebelum kematian.

Studi dan Kasus

Studi tentang terminal lucidity masih terbatas, tetapi ada beberapa kasus yang tercatat dalam literatur medis. Misalnya, seorang pasien dengan penyakit Alzheimer yang sudah tidak mampu mengenali anggota keluarganya selama bertahun-tahun, tiba-tiba dapat mengenali mereka, berbicara tentang kenangan masa lalu, dan berinteraksi dengan penuh kesadaran beberapa jam sebelum meninggal dunia.

Penjelasan Ilmiah

Hingga saat ini, penyebab pasti dari terminal lucidity belum diketahui. Beberapa teori yang diusulkan meliputi:

  1. Perubahan Kimia Otak: Ada kemungkinan bahwa perubahan kimia yang terjadi di otak saat mendekati kematian dapat memicu peningkatan sementara dalam fungsi kognitif.
  2. Respons Fisiologis: Tubuh mungkin mengalami lonjakan adrenalin atau hormon lainnya sebagai respons terhadap kondisi kritis, yang dapat mempengaruhi kesadaran dan kewaspadaan.
  3. Kehilangan Inhibisi: Kerusakan otak yang parah mungkin menghilangkan mekanisme inhibisi tertentu, memungkinkan bagian otak yang sebelumnya tidak aktif untuk berfungsi sementara.

Implikasi dan Dampak

Terminal lucidity memiliki dampak emosional yang besar bagi keluarga dan pengasuh pasien. Momen kejernihan ini sering dianggap sebagai kesempatan terakhir untuk berkomunikasi dan mengucapkan selamat tinggal. Meskipun fenomena ini dapat memberikan rasa lega dan penutupan bagi keluarga, juga dapat menimbulkan kebingungan dan kesedihan yang mendalam.

(baca juga; Meninggal Saat Latihan Bela Diri)

Contoh Kasus Fenomena Terminal Lucidity

Ada beberapa contoh kasus pasien yang mengalami terminal lucidity. Salah satu pasien yang pernah diteliti adalah seorang wanita lanjut usia yang menderita penyakit Alzheimer selama 15 tahun dan sudah lama tidak mengingat siapa pun.

Namun, tiba-tiba pada suatu malam, ia memulai percakapan selayaknya orang normal bersama putrinya. Ia berbicara banyak hal, mulai dari tentang ketakutannya akan kematian hingga kesulitan yang ia alami selama ini. Namun, setelah beberapa jam, ia meninggal dunia.

Selain itu, ada juga seorang pria lanjut usia yang mengalami demensia cukup parah selama beberapa bulan. Ia tidak bisa mengenali orang di sekitarnya, mengalami paranoia, halusinasi, kebingungan, tidak mampu lagi berbicara dengan jelas, dan tidak bisa beraktivitas sendiri.

Selanjutnya, ia mendadak bisa bangun sendiri, banyak berbicara, tertawa, mengingat semua anggota keluarga dan temannya, bahkan sempat mengucapkan kata terima kasih. Namun, setelah beberapa menit, ia kemudian tertidur dan meninggal.

Terminal lucidity menjadi misteri yang belum terpecahkan dan masih dipelajari secara mendalam oleh para ahli dengan harapan agar bisa memfasilitasi pengembangan terapi baru bagi dunia medis ke depannya.

Lebih dari itu, fenomena terminal lucidity sebenarnya bisa membantu keluarga yang ditinggalkan lebih bersiap menghadapi kepergian orang yang dicintainya. Bersyukurlah bila suatu saat Anda menjadi salah satu orang beruntung yang menyaksikan dan berada di dekatnya pada saat-saat terakhir.

Anggaplah fenomena ini sebagai “hadiah terakhir” dan nikmatilah momen-momen spesial ini. Ketika benar-benar telah tiada, ikhlaskan dan doakan ia yang meninggal agar pergi dengan tenang dan damai.

Namun, bila Anda menyaksikan sendiri orang terdekat Anda mengalami terminal lucidity dan justru meninggalkan “bekas” atau “luka” mendalam hingga Anda sedih terus-menerus sampai tidak kuasa menjalani aktivitas sehari-hari, janganlah ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami mekanisme di balik terminal lucidity. Studi lebih lanjut dapat memberikan wawasan baru tentang fungsi otak, proses kematian, dan mungkin membuka jalan untuk pendekatan baru dalam perawatan paliatif dan dukungan akhir kehidupan.

 

Artikel Terkait