Realita Menghirup Udara Bebas

Oleh rambak.co
24 Juli 2024, 18:49 WIB

“ Di penjara, terkurung, terhukum
Hanya bertemankan sepi
Bisakah kau menghargai
Cintaku yang suci ini?”

Begitulah potongan lirik lagu “Tiara” yang dipopulerkan oleh  Raffa Affar rilis tahun 2022. Cukup menggambarkan kehidupan di dalam bui atau penjara di mana ruang gerak sehari-hari dibatasi oleh tembok dan jeruji besi, membuat dunia narapidana pun tak berkembang luas. Interaksi yang dijalani hanyalah dengan sesama narapidana dan juga petugas lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan.

Apabila berada di dalam bui selama bertahun-tahun, untuk keluar dari lingkungan yang sudah digeluti selama itu pun akan menjadi tantangan tersendiri. Tentunya, tidak mudah.

Ketika bebas, mantan narapidana akan kembali ke tengah masyarakat dan melanjutkan kehidupan. Menanggapi hal ini, psikolog Jovita Maria Ferliana menjelaskan sikap apa saja yang sebaiknya dilakukan para mantan narapidana yang baru bebas dari penjara- dikutip dari www.liputan6.com tanggal 03 September 2021.

Menurutnya, penjara adalah tempat untuk introspeksi atas tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Namun, ia tidak mengetahui apakah di penjara selalu ada intervensi psikologis atau tidak.

Ambil Waktu Sejenak untuk Bebenah

Terlepas dari ada atau tidaknya intervensi psikologis dalam penjara, Jovita menyarankan mantan penghuni rumah tahanan untuk mengambil waktu sejenak guna bebenah diri.

“Baru keluar penjara banyak hal yang harus diatur ulang. Contohnya tentang keseharian, jadwal-jadwal, terutama mantapkan dulu rutinitas harian yang biasa dilakukan seperti olah fisik, olahraga, dan berdoa.”

Terkait interaksi atau komunikasi, dapat dilakukan dengan keluarga dan teman-teman terdekat terlebih dahulu. Tak lupa istirahat dan hal-hal yang berkaitan dengan bebenah seperti beres-beres rumah dan sebagainya.

“Setelah jeda itu dilakukan dan bisa berdamai dengan diri sendiri barulah boleh beraktivitas di area profesi dan pekerjaan. Jadi menurut saya, jangan buru-buru setelah keluar penjara langsung ambil tawaran kerja.”

Pendampingan Keluarga dan Memilah Pekerjaan

Di sisi lain, keluarga juga berperan penting dalam memberi pendampingan dan dorongan. Keluarga sebaiknya selalu ada untuk para mantan tahanan.

Hal ini berguna, supaya mantan tahanan merasa nyaman, merasa diterima, dan merasa bahwa momen yang bertahun-tahun hilang dapat kembali lagi.

Jika semua hal itu sudah dilakukan dengan baik, maka mantan napi sudah siap menerima pekerjaan-pekerjaan. Jika pun sudah siap kerja, Jovita menyarankan untuk memilah-milah pekerjaan yang akan diterima.

Mengingat, mantan napi membutuhkan adaptasi dan perlu menghindari pekerjaan yang risikonya tinggi. Misal, pekerjaan yang akan mengungkit kasus sebelumnya dan mengeksploitasi secara berlebihan.

“Tapi itu tergantung yang bersangkutan juga ya, ingin jeda atau tidak. Menurut saya waktu rehat sejenak untuk bebenah diri dan menghabiskan waktu bersama keluarga itu penting dilakukan,” pungkasnya.

www.ditjenpas.go.id tanggal 18 November 2021-Secara umum, narapidana merupakan manusia biasa yang sama dengan kita dan tidak terlepas dari hakikatnya sebagai manusia yang harus memenuhi tuntutan hidup dan penghidupanya. Maka, narapidana di Lapas perlu adanya pelatihan dalam menggali potensi dan keterampilan narapidana yang diharapkan dapat dikembangkan setelah keluar dari Lapas.

Pelaksanaan pelatihan kecakapan hidup (life skills) berupa pemberian pelatihan keterampilan menjadi salah satu upaya pemberian bekal pengetahuan dan ketarampilan bagi narapidana. Melalui pendidikan kecakapan hidup, mereka dibimbing agar berguna, aktif, dan produktif dalam kehidupan masyarakat. Narapidana di Lapas dibina agar menjadi anggota masyarakat yang tidak melanggar aturan hukum lagi.

Dalam buku yang ditulis Mustofa Kamil dengan judul Pendidikan Nonformal (2007:4) dijelaskan pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Sementara itu, pendapat lain menyatakan pelatihan merupakan peningkatan keterampilan di luar sistem pengembangan sumber daya manusia yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori.

Untuk mengantarkan narapidana ke jalan yang benar, maka pembekalan keterampilan merupakan unsur yang memegang peranan penting dan menentukan agar terbentuknya pribadi yang mampu mengembangkan kecakapan hidup sebagai modal dalam upaya mengawali hidup baru di tengah masyarakat. Pengembangan pendidikan kecakapan hidup merupakan tugas dan wewenang pendidikan luar sekolah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang didasarkan kepada keterampilan, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Hasan Basri dalam buku yang berjudul Manajemen Pendidikan dan Pelatihan, Tujuan dan Pentingnya Pelatihan membagi dalam tiga kategori pokok, yaitu cognitive domain bertujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan peserta, affective domain, yaitu tujuan pelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku, serta psycomotor domain, yaitu tujuan pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan peserta.

Tujuan pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga untuk mengembangkan bakat. Kamil dalam bukunya yang berjudul Model Pendidikan dan Pelatihan mengatakan pelatihan yang dikenakan pada manusia mempunyai tujuan mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif serta mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional dan mengembangkan sikap sehingga dapat menimbulkan kemauan untuk bekerja sama.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Daniel Galse yang tertuang dalam jurnal Pelaksanaan Pembinaan Narapidana sebagai Upaya Mengatasi Timbulnya Residivis menjelaskan pelatihan dapat  memotivasi narapidana untuk mempersiapkan dirinya kelak saat berbaur di masyarakat Penyebabnya adalah penjara kesulitan memperoleh pekerjaan yang cukup untuk semua penghuni penjara, pekerjaan insentif sering tidak optimal dilakukan untuk memotivasi narapidana dalam melaksanakan tugas-tugasnya di penjara yang dapat berguna bagi mereka setelah bebas nanti, penilaian terhadap pekerjaan para narapidana sangat rendah, dan relatif kecilnya kesempatan bagi narapidana yang telah bebas untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pelatihan yang diberikan di penjara.

Balai Pemasyarakatan (Bapas) mempunyai peran yang tidak kalah penting dalam pembentukan life skill narapidana, seperti pelatihan kecakapan hidup pembuatan hindroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan menggunakan air sebagai media tanamnya, sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan sempit sebagai contoh pekarangan rumah, atap rumah, maupun lahan lainnya. Dengan adanya pelatihan life skill terkait pembudidayaan tanaman hidroponik ini diharapkan berguna bagi narapidana agar memiliki keterampilan dalam hal budidaya tanaman hidroponik, seperti sayur-sayuran yang mudah untuk dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang juga bisa memberikan penghasilan setelah mereka bebas nantinya.

Terlepas dari itu semua lantas bagaimanakah jika bebas dari penjara, mantan narapidana langsung dihadapkan dengan masalah keluarga seperti perekonomian, perceraian  dengan pasangan atau tidak diterima oleh keluarga sendiri ? Apakah kembali melakukan tindak kejahatan lagi untuk memulihkan kondisi ekonomi ? Sepertinya itu bukan jawaban yang tepat. Beri jeda waktu diri sendiri, koreksi diri sendiri, pilih teman yang tepat (dalam hal kegiatan positif) dan jangan pernah meninggalkan Tuhan.

Dibuka dengan kutipan lagu, maka ditutup dengan kutipan dari video klip Band Bon Jovi, kalau tidak salah seperti ini “ God wouldn’t take me this far just to leave me (Tuhan tidak akan membawaku sejauh ini hanya untuk meninggalkanku). “

 

 

Artikel Terkait