Sayap Kiri di Prancis Menang Pemilu

Oleh M Ghaniey Al Rasyid
18 Juli 2024, 15:00 WIB

1981 adalah tahun yang cukup menggembirakan bagi kelompok sayap kiri di Prancis. Syahdan, situasi itu kembali terjadi di tahun 2024. Waktu itu, Mitterand yang tak banyak omong, menang dalam pemilu. Kelompok kiri berjingkrak ria menderu lagu penyemangat gubahannya di bawah menara Eifel.

Mitterand hanya terkesima kemudian melanjutkan lawatannya. Kemudian ia bergumam, “Perjuangan belum selesai.” Mitterand tak suka berlagak parlente. Ia memilih tinggal di apartemen sempit walaupun resmi menjadi Presiden. Presiden Prancis satu ini memang cukup sulit untuk ditebak.

Banyak pasang mata menilai Mitterand ialah seorang sosialis. Mafhum dalam sejarah Prancis, Francois Mitterand dan Partai Sosialis menunjukan lorong menarik yang belum pernah dijalani, memberikan jalan penuh tantangan, dan lamunan tapi tak pernah benar-benar diikuti.

Kurang lebih 23 tahun, Mitterand berkhidmat di Partai. Ia memposisikan diri sebagai oposan, dan menyuluh perubahan besar. Etape politik yang Mitterand lalui membuahkan hasil. Masyarakat Prancis memberikan kesempatan kepada kaum sosialis utnuk mencicipi kursi kekuasaan pada 1981.

Prancis dan dunia pada 1981 penuh dengan syak wasangka. Ketika Mitterand merangsek menjadi presiden beberapa pengamat terkesiap atas kemungkinan Prancis yang akan lebih akrab kelompok komunis, walaupun syak wasangka itu sangatlah janggal dalam sejarah Prancis. Kelompok sosialis di Prancis kasusnya hampir sama dengan di Indonesia. Sjahrir bentrok dengan Muso, Tan, dkk. Begitu juga Mitterand yang sering bersitegang dengan kubu komunis Prancis.

Leon Blum yang punya warna politik sama dengan Mitterand, pada medio 1936, cukup pelik Prancis dibuat. Blum sebagaimana Mitterand yang menang disokong oleh fraksi kiri, memenangkan pemilu. Ingatan yang terbesit masyarakat Prancis terhadap diksi kiri, sedikit membikin gusar.

Pada medio 1936, ketika Blum berkuasa, geliat masa demonstrasi memenuhi jalanan Prancis. Masa yang diinisasi oleh kelompok komunis menyuarakan tentang jam kerja. Syahdan, Blumm yang moderat, meletakan fraksi komunis di luar kursi pemerintahan itu, membikin dinamika politik Prancis cukup hidup. Blum menyepakatinya. Jam kerja dikurangi walaupun mengurangi kuantitas produktivitas.

Syak wasangka yang sering kali masyarakat Prancis salah melihat, adalah mereka menganggap sosialisme sebagai jalan pembuka ke arah komunisme, kepada hal-hal yang jahat, kepada kehancuran nilai-nilai tradisional, seperti ketika Solzenitzyn berkisah dan Kim Jong Un bersikap.

Mitterand menampik semua anggapan keliru itu. Mitterand membikin paket kebijakan cukup menarik. Adalah Nasionalisasi sebelas, sektor ekonomi Prancis, termasuk perusahaan bank swasta. Jam kerja dikurangi lagi menjadi 39 jam per minggu dan produktivitas tidak dinaikan.

Kebijakan itu pun sontak membikin beberapa kelompok bersuara. Seniman, notaris, dan anggota kelas borjuis yang menyembunyikan ketidakpercayaan yang terhadap ‘kiri’. Mereka mempunyai ketakutan tradisional yang tersembunyi dalam bahwa kiri itu permisif, dan akan menyebabkan erosi tradisional.

Pandangan kita mengenai seorang presiden itu, cukup sibuk. Minimal dibuktikan dengan terpampangnya wajah presiden, seminggu tiga kali di layar kaca. Namun beda halnya dengan Francois Mitterand. Ia jarang menghadiri konferesi Pers atau blusukan di warung kopi sekitar Paris, Marseille maupun Lille. Ia pemimpin yang cukup unik. Memilih menghabiskan waktunya untuk membaca buku, menulis esai dan mengisi teka-teki silang.

Air mukanya sedikit menampilkan senyum. Mungkin diakibatkan oleh pepatnya kata-kata dan beberapa judul buku yang bersemayam di pikirannya. Pierre Nora seorang editor penerbitan buku di Paris bernama Gallimard, mengungkapkan kepribadian Mitterand dari detik demi detik hidupnya yang tak lekang dari buku.

Adalah Mitterand memiliki selera sastra sebagaimana yang dimiliki oleh De Gaulle dan Malraux. Ia begitu sensitif dengan sejarah musik yang galibnya terbenam di kepala selurh masyarakat Prancis. Berkat kesehariannya yang lekat dengan buku itu, membikin dirinya mampu menemukan tema besar Prancis yang orang lain tak dapat menirunya.

Prancis dan Mitterand jadi sebuah pembelajaran. Negeri itu cukup terbuka mengajarkan dalam konstelasi politik tidak seenak jidat sendri. Mereka membuka ruang mengesampikan syak wasangka guna tujuan republik. Kiwari Prancis semakin menarik,  kelompok sayap kiri prancis yang terhimpun dalam aliansi Ner Popular Front (NFP) memenangkan pemilu minggu lalu dengan peroleh kursi 175 sampai 205 kursi mengugguli partai yang dipimpin oleh Macron.

Syahdan, partai kiri bukan hanya menyeruak di Paris. Bahkan di Inggris pun juga memenangkan pemilu. Thomas Piketty telah menggambarkankannya dalam Capital and Ideology (The Belknap Press of  Harvard University, 2020).Di bab paling akhir pagina 966, piketty menyoroti unsur-unsur sosialisme parsipatori untuk gerakan yang lebih konkrit di abad ini.

Piketty menyangkal bahwa sosialisme itu tolak ukurnya Gorbachev atau ramalan permisif Fukuyama. Piketty lebih menyoroti bagaimana konsepsi human being yang mengarungi realitas itu dibuktikan dari proses pengamatan dan berkelompok untuk menyangkal apapun yang membikin rakyat jauh dari kebahagian dan kesejahteraan. Memilih salah satu partai untuk bersaing dengan partai arus utama yang bertengger di kekuasaan adalah langkah yang harus dilakukan bila ingin merubah nasib. Dinamika kiwari yang lebih mengarah kepada Hypercapitalism tidak bisa dihadapi hanya dengan percaya dan berpikir positif.

Merebut alat produksi, mengganyang para borjuis. Diksi tersebut bagi Piketty cukup aneh. Ia lebih menitik beratkan pada partisipasi politik yang lebih terukur. Mafhum, bahan bakar negara dalam menampilkan eksistensi tak lain tak bukan salah satunya berlandaskan pada situasi ekonomi dan politik. Kendati demikian, kentalnya sayap kiri yang berujung memenangkan pemilu, ialah imbas masyarakat yang menanggapi situasi ekonomi bahkan politik yang sedikit jauh dari keinginannya. Bagi negeri yang menganut aspek demokrasi, perubahan adalah hal yang wajar, bila hal disepakat oleh khalayak ramai.

Artikel Terkait