Segala apa saja yang memikul makna “baru” senantiasa memikat dan memiliki derajat berbeda ketimbang yang lain. Dalam corak pertumbuhan ekonomi, kita semua senantiasa menghadapi akan imajinasi “baru” akan kemunculan barang. Imajinasi itu dengan wujud merek, nama produk, perkembangan teknologi, hingga perkara harga. “Baru” mudah membuat kemunculan gengsi. Jika ada barang, tak lekas memiliki, serasa kita ketinggalan akan zaman.
Kata “baru” mengingatkan kita pada bacaan anak berjudul Zaman Baru. Ahmad Subroto dan Soetrisno Koetojo menggarap buku tersebut dan CV. Indradjaya menerbitkannya pada 1982. Buku dengan stempel pengesahan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tersebut pada masanya menjadi bacaan untuk kalangan murid di sekolah dasar. Di sana kita ingin mengerti misi penulis dalam menyuguhkan cerita-cerita dalam buku.
Kita mendapat keterangan dari pihak penyusun di bagian awal. Keterangan terbaca: “Peningkatan dan pembaharuan pendidikan mencakup juga peningkatan dan pembaharuan bahasa Indonesia yang kini menjadi kewajiban kita semua.” Penyusun memberi pendasaran penting akan keberadaan bahasa Indonesia. Hematnya, bahasa Indonesia terus perlu bergerak pada teks seiring perkembangan zaman.
Imajinasi
Di bagian sampul, kita melihat gambar yang terdiri dari beberapa objek. Bangunan gedung, rumah ibadah, langit, hingga pesawat terbang. Penglihatan sekilas menjadikan kita memikirkan bahwa dari sampul memang mudah membawa imajinasi dari para anak sekolah terhadap perubahan dan kemajuan zaman. Yang menarik, di bagian pengantar, penyusun menjelaskan: “Isi buku ini diharapkan untuk menambah dan melengkapi mata pelajaran IPS dan berfungsi sebagai buku pelengkap dan perpustakaan.”
Keterangan itu bisa menunda kita untuk menyimak isi buku, dengan dalih, mungkin muatan ilmu dan teknologi tak ada. Akan tetapi, gambar dalam sampul tak bisa bohong. Kita masih ingin menyigi uraian-uraian di dalamnya. Di buku tersebut terdapat sekian judul cerita dengan upaya untuk memaparkan banyak ragam keilmuan. Keterangan dalam penyusun tak menjadi penyekatan akan penggunaan dari keberadaan buku tersebut.
Kita menemukan cerita berjudul “Sejak Dahulu Orang Sudah Pandai Membaca Buku”. Cerita mengisahkan dua bocah bernama Ali dan Siti menyoal mengenai sejarah buku dan keilmuan. Kita mendapatkan keterangan: “Buku itu sungguh penting untuk menambah ilmu. Ilmu itu sangat berguna. Ilmu pengetahuan itu sungguh luas, misalnya ilmu tehnik, kedokteran, pertanian, pendidikan, kebudayaan dan masih banyak lagi. Kita harus mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Buku itu sebenarnya pikiran, pendapat, perasaan, dan pembicaraan orang pandai-pandai.”
Teknologi
Pada bagian lain, terdapat cerita berjudul “Alat Perhubungan”. Cerita itu menyoal sejarah alat komunikasi yang menghubungkan antara satu orang dengan lainnya. Salah satunya adalah mengenai keberadaan surat. Penjelasan tertulis: “Sebelum Perang Dunia ke-II, di Bandung, tukang pos mengantarkan surat dengan mengendarai sepeda roda tiga, seperti oang menjual roti atau es lilin. Di Australia ada juga pengantar-pengantar surat yang mengendarai sepeda dan kuda. Pada masa sekarang surat diangkut dengan alat perhubungan yang modern, seperti kereta api, mobil, kapal laut, dan pesawat udara yang dapat mengelilingi dunia.”
Keterangan tersebut mengingatkan sebuah buku garapan Ron Taylor dan Mark Lambert, berjudul The Mechanical World (1979). Agus Setiadi menerjemahkan ke bahasa Indonesia dengan berjudul Alam Pesawat. Gramedia menerbitkannya pada 1983. Di sana kita mendapatkan uraian-uraian penting berhubungan manusia dan peradaban teknologi dalam lintasan zaman. Kita malah tertarik mengerti lebih lanjut sejarah buku-buku atas kelahiran mesin cetak.
Baca Juga: Kapal, Perjalanan, dan Pengetahuan: Catatan Bacaan Anak Anak di 1970-an
Di buku tersebut, kita mendapatkan penjelasan berupa: “Di Eropa, teknik cetak dan PENGECORAN HURUF ditemukan pertengahan abad ke-15. Alhasil pengetahuan bisa tersebar luas lewat buku-buku. Menjelang abad ke-16, edisi yang diterbitkan badan-badan percetakan di Eropa sudah mencapai 40.000, termasuk sejumlah karya tulis mengenai teknik. Di antara buku-buku ilmiah yang terbit tidak lama sesudah itu terdapat pula karangan-karangan mengenai ilmu tumbuh-tumbuhan dan hewan oleh para penyelidik alam Konrad von Gesner (1516-65) dari Swis, Guillaume Randelet (1507-66) dan Pierre Belon (1517-64) dari Prancis.”
Sejarah
Kesejarahan agaknya menjadi penting dan perlu diketahui, tak terkecuali di kalangan anak-anak. Dengan mengerti uraian pada tahapan perkembangan peradaban, tentu mereka memiliki modal dalam menjalani kehidupan dan meneropong kehidupan di masa depan. Di bagian lain dari buku cerita tadi, kita menemukan cerita berjudul “Rakit, Perahu dan Kapal”. Cerita mengisahkan sejarah bangsa Indonesia dalam memosisikan keberadaan teknologi. Di sana kita menemukan uraian sejarah:
“Pada zaman Majapahit, kira-kira 600 tahun yang lalu, hiduplah seorang laksamana laut bernama Empu Nala. Sedangkan pada zaman Demak, kira-kira 450 tahun yang lalu, Pati Unus pernah memimpin armada melawan Portugis di Malaka. Sesudah Indonesia Merdeka, kita pun mempunyai pahlawan laut, yaitu Komodor Jos Sudarso.” Uraian mengingat masa lalu. Di sana anak-anak diajak berimajinasi akan keilmuan, sejarah, dan georgrafi.
Modernitas tak lupa menjadi sorotan. Kita kemudian mendapat penjelasan: “Indonesia juga mempunyai kapal laut yang modern. Kapal itu sangat berguna. Perhubungan di laut membutuhkan banyak sekali kapal. Bilamana Indonesia mempunyai banyak kapal, tentulah perhubungan antar pulau akan lancar.” Masa demi masa berlalu, bacaan terhadirkan pada anak. Sebagai bagian pantikan akan sains dan teknologi.[]