Flying Dutchman Pertama, Jan Hilgers asli Probolinggo

Oleh rambak.co
24 Juli 2024, 12:51 WIB

Hilgers atau Jan Hilgers, memiliki nama asli yang cukup panjang, Johan Willem Emile Louis Hilgers. Dikenal di Belanda dan Hindia Belanda sebagai seorang aviator (penerbang) dan werktuigkundige (ahli mesin) yang andal.

Hilgers lahir di Probolinggo, Jawa Timur pada tanggal 19 Desember 1886 sebagai seorang indo. Dia belajar di sekolah teknik di Amsterdam dan setelah lulus bekerja di perusahaan otomotif Verwey & Lugard pada tahun 1910.

Tahun itu Eropa termasuk Belanda sedang berada dalam euforia penerbangan, sepertinya semuanya ingin membuat dan menerbangkan pesawat. Verwey & Lugard juga ikut serta dan diutuslah Hilgers untuk menjadi aviator. Demi kebutuhan publikasi, Hilgers yang baru saja lulus lepas landas, terbang lurus, dan mendarat, dan belum mendapatkan brevet terbang, segera dipulangkan untuk menerbangan Bleriot XI yang baru saja dibeli Verwey & Lugard.

Tercatat pada tanggal 29 Juli 1910, Hilgers menjadi orang pertama yang menerbangkan pesawat di langit Belanda. Penerbangan bersejarah itu terjadi di kota Ede, disaksikan ratusan penonton. Demonstrasi itu berjalan sukses walaupun kalau dipandang dengan kacamata sekarang sungguh canggung. Setelah lepas landas, Hilgers terbang lurus, mendarat, memutar arah pesawat, lalu terbang lurus kembali ke tempat dia lepas landas…tanpa sekalipun melakukan manuver memutar apalagi aerobatik !

Hilgers yang belum memiliki brevet ini malah diangkat menjadi instruktur. Setelah beberapa kecelakaan terbang yang dilakukan aviator tanpa brevet ini membuat pemerintah Belanda lewat badan penerbangan Belanda pertama, ENV (Eerste Nederlandse Vliegvereniging) mewajibkan setiap aviator di Belanda untuk ikut tes demi mendapatkan brevet. Hilgers mengambil kesempatan, lulus tes dengan mudah, dan mendapat brevet terbang No. 4 ENV.

Lepas dari Verwey & Lugard, Hilgers memutuskan bekerja di pabrik Fokker. Kebetulan Anthony Fokker sang pendiri yang juga merupakan kelahiran Blitar, Hindia Belanda sedang memasarkan pesawat pertamanya, Spin (Spider/laba-laba). Hilgers ditunjuk sebagai aviator-nya, mempromosikan sekaligus mendemonstrasikan Spin di Rusia di depan keluarga Tsar selama delapan bulan.

Saat ingin pulang kampung, Fokker setuju atas usul Hilgers untuk sekalian menjual Spin. Sebuah publikasi yang bagus, karena baik pesawat maupun pilotnya sama-sama kelahiran Hindia Belanda. Fokker mengirimkan dua Spin beserta dua tenda hanggar, suku cadang, beberapa baling-baling, dan dua teknisi. Direncanakan tur berlangsung 1,5 tahun di Jawa, Sumatra, Sulawesi, Malaya, dan Australia. Hilgers tiba di Pelabuhan Perak, Surabaya dan pesawat mulai dirakit Februari 1913.

Hilgers bersiap uji terbang pertama kali pada tanggal 18 Februari 1913 di Boeboetan. Penonton yang haus hiburan telah berkumpul sejak tengah hari, namun pesawatnya mengalami kerusakan teknis. Baru pada sore harinya pukul 17.00, Spin siap tinggal landas. Sepertinya penerbangan hari itu berjalan lancar, Spin terbang melayang 11 menit kemudian dan selama 20 menit berputar-putar di ketinggian 600 m, tiba-tiba bergetar, oleng, dan jatuh di perkampungan Baliwerti. Untunglah Hilgers selamat, keluar dari jalanan kampung sambil tersenyum, walaupun pesawatnya mengalami kerusakan. Praktis kejadian ini merupakan kecelakaan pesawat terbang pertama di Hindia Belanda.

“Untuk pertama kalinya saya melihat bentang alam Hindia yang ternyata sangat berbeda dengan Eropa. Sampai-sampai saya khawatir apa yang akan terjadi jika mesin saya rusak dan terjatuh di sini,” ujar Hilgers dalam wawancara dengan koran Het Nieuws van Den Dag voor Nederlandsch-Indie, 5 Agutus 1920.

Beberapa kali Hilgers mencoba terbang tapi lagi-lagi gagal. Usahanya menjual Spin di Hindia Belanda tidak berhasil. Lagipula Spin cepat menjadi kuno. Tur dibatalkan tapi Hilgers tetap mendapatkan bayaran sesuai kontrak. Dari bayaran yang memadai dari Fokker itu, Hilgers mengambil pensiun dini, menikah, dan menetap di Bangil, Jawa Timur. Kiprahnya di dunia penerbangan menarik perhatian KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger) yang saat itu sedang membangun sayap udaranya bernama PVA (Proefvliegafdeling). Dia setuju dan bekerja sebagai instrukur pilot sekaligus ahli mesin di PVA.

Bersama Hein ter Poorten (Baca : Hein ter Poorten : Perintis Penerbangan Militer Hindia Belanda), Hilgers menjadi duo instruktur pilot di PVA saat awal pembangunannya. Mereka sama-sama menerbangan pesawat sekaligus melatih pilot PVA di tipe pesawat air dan darat Glenn Martin TA dan TT (Baca : Martin TA, Pesawat Militer Pertama yang Terbang di Langit Nusantara).

Peringatan 100 tahun penerbangan perdananya di Belanda sekaligus menghormati jasa-jasanya lewat pameran dirgantara Jan Hilgers Memorial Airshow.

Hilgers masih terus bekerja sebagai penerbang merangkap konsultan dan kontraktor sipil di PVA sampai berubah nama menjadi LA (Luchtvaartafdeling) lalu ML (Militaire Luchtvaart) pada tahun 1939. Total 8.000 penerbangan pernah dilakukannya dan setidaknya mengalami 20 kali kecelakaan terbang tapi berhasil selamat dengan cidera minim. Saat Hindia Belanda berhasil dikalahkan dan dikuasai Jepang, Hilgers ditangkap dan ditahan di kamp tahanan Ngawi. Di kamp tahanan itulah dia meninggal dunia pada tanggal 21 Juli 1945.

Di Indonesia nama Hilgers nyaris dilupakan, namun di Belanda dikenang terus sebagai aviator pertama. Di Ede namanya terpasang pada tugu peringatan dan diresmikan sebagai nama jalan, Jan Helgerswag pada tahun 1970. Pada tahun 2010 atau seratus tahun setelah penerbangan pertamanya, sebuah parade atraksi udara dilakukan di Belanda dengan nama Jan Hilgers Memorial Airshow sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa-jasanya di bidang penerbangan. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)

Artikel Terkait