Kongres PSI di Solo: Terbuka atau Sudah Ditutup Rapat-Rapat?

Politik Dinasti Berkedok Inovasi Slogan PSI sebagai “partai terbuka” kini dipertanyakan banyak pihak. Apalagi, Kaesang masuk PSI pada akhir 2023 dan langsung diangkat sebagai ketua umum dalam waktu kurang dari setahun. Kini, lewat Kongres di “markas sendiri”, ia tampaknya akan melanggengkan posisinya.

Oleh rambak.co
19 Juli 2025, 03:11 WIB

Rambak.co, Surakarta Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tengah digelar di Solo, kota yang bukan hanya menjadi tempat kelahiran Presiden Jokowi, tetapi juga rumah dari Kaesang Pangarep—putra bungsu presiden yang kini menjabat Ketua Umum PSI. Namun, jauh dari semangat keterbukaan yang selama ini digaungkan, susunan pengurus hasil kongres tampaknya sudah bisa ditebak bahkan sebelum forum dibuka.

Dari informasi yang diperoleh rambak.co, komposisi pengurus pusat periode ke depan hampir pasti sebagai berikut, Ketua Umum: Kaesang Pangarep (Putra Jokowi), Sekretaris Jenderal: Agus Mulyono Herlambang (Mantan Ketua PB PMII Periode 2017-2019), Bendahara Umum: Ronald Aristone Sinaga atau BroRon  (Pengusaha muda dengan kedekatan istana) dan lokasi Kongres kediaman Kaesang berpotensi menjadi pusat Konsolidasi.

Kongres diselenggarakan di Solo, bahkan beberapa sesi strategis disebut berlangsung di rumah pribadi Kaesang. Fakta ini memperkuat kesan bahwa proses pemilihan hanya menjadi formalitas, sementara keputusan utama telah ditentukan sebelumnya.

“Kalo dilihat dari jumlah dukungan, sejak awal sudah bisa dilihat bagaimana kaesang akan mendominasi” sindir Usep Saepul Ahyar seorang Peneliti Politik dari Populi Center ;

Politik Dinasti Berkedok Inovasi

Slogan PSI sebagai partai super terbuka kini dipertanyakan banyak pihak. Apalagi, Kaesang masuk PSI pada akhir 2023 dan langsung diangkat sebagai ketua umum dalam waktu kurang dari setahun. Kini, lewat Kongres di “markas sendiri”, ia tampaknya akan melanggengkan posisinya.

Agus Herlambang, yang disebut akan menjadi Sekjen, dikenal sebagai aktivis kampus dengan rekam jejak di PMII. Sedangkan Bro Ron, sosok pengusaha yang karier politiknya baru naik belakangan ini, diyakini punya jejaring bisnis-politik yang erat dengan lingkaran kekuasaan.

Seorang kader PSI yang tak ingin disebut namanya menjelaskan pandanganya dalam mengamati kongres trsebut.

“Kami tidak anti Kaesang. Tapi kalau prosesnya seperti ini terus, kami jadi sekadar formalitas. Apa masih pantas menyebut PSI sebagai partai kader dan terbuka?” ujarnya saat diwawancarai.

Logo Baru, Sindiran Lama

Sementara itu Kongres di Solo juga memperkenalkan logo baru PSI: siluet seekor gajah merah yang mengangkat belalai, menggantikan logo bunga mawar yang sebelumnya dipakai. Publik langsung menafsirkan simbol itu sebagai sindiran, “gajah ngamuk di kandang banteng”.

Kata “banteng” tentu merujuk pada PDI Perjuangan, partai tempat Jokowi dibesarkan. Banyak pihak menilai logo baru ini sebagai pesan politik yang cukup terang: PSI siap menggantikan dominasi PDIP di basis kekuasaan Jokowi.

Dalam wawancara Rambak.co menemui salah satu pegiat diskusi  Sasadara asal Universitas Muhammadiyah Surakarta menjelaskan pandanganya dalam menganalisa kemungkinan-kemungkinan dalam Logo baru tersebut.

“Logo itu bukan cuma branding. Ia menyampaikan niat politik. PSI kini tidak malu-malu lagi mengambil posisi sebagai ‘anak kandung Jokowi’, bahkan jika itu berarti menyenggol rumah lama sang ayah politik,” jelas Sigit Yulianto, analis komunikasi politik dari Sasadara Institute.

Refleksi: Terbuka, tapi untuk Siapa?

Jika semua prediksi ini benar dan sejauh ini tak ada sinyal sebaliknya maka Kongres PSI di Solo justru jadi etalase bahwa keterbukaan partai ini bersifat sangat selektif.

“PSI berhasil memodernisasi gaya, tapi belum tentu memodernisasi struktur. Jika semua diputuskan di lingkaran sempit, maka ia hanyalah partai muda dengan perilaku lama,” tambah Sigit Pegiat dari Komunitas Sasadara.

Artikel Terkait