Solo Butuh Lompatan, Bukan Langkah Kecil: Kritik untuk Wali Kota Surakarta Respati Ardi

Wali Kota Solo, Respati Ardi, tampaknya lebih sibuk menjaga wacana ketimbang menciptakan terobosan.

Oleh Umar J Harahap
10 Juli 2025, 16:39 WIB

Rambak.co, Surakarta – Wali Kota Solo, Respati Ardi, tampaknya lebih sibuk menjaga wacana ketimbang menciptakan terobosan. Sejak awal masa jabatannya, publik menaruh harapan besar: bahwa Solo akan memasuki era baru yang progresif. Namun yang kita lihat, kota ini justru tenggelam dalam rutinitas yang menjemukan, tanpa arah perubahan yang jelas.

Tak bisa dipungkiri, Respati Ardi adalah figur yang tenang dan komunikatif. Namun, kepemimpinan kota tidak cukup hanya dengan keramahan dan pidato inspiratif. Solo hari ini menghadapi tantangan yang kompleks—urbanisasi, kesenjangan ekonomi, stagnasi UMKM, hingga minimnya ekosistem digital. Sayangnya, tidak terlihat ada langkah besar yang menjawab tantangan itu dengan visi yang segar. Jangan berpaku dengan koalisi saja. Respati sudah menjadi Wali Kota Solo, dan dia milik masyarakat Solo,

Program-program yang digagas masih berputar pada pola lama: taman dipercantik, acara seremonial ditambah, media sosial pemerintah ramai dengan pencitraan. Tapi di balik itu, publik menanti inovasi substantif—transportasi cerdas, smart city berbasis data, kebijakan hunian terjangkau, reformasi layanan birokrasi, atau insentif ril bagi pelaku usaha lokal.

Lebih dari itu, Wali Kota belum menunjukkan komitmen kuat terhadap keberpihakan pada generasi muda. Dimana ruang bagi inovator muda? Di mana inkubasi start-up lokal? Di mana kolaborasi konkret dengan kampus-kampus di Solo? Jangan sampai kota ini kehilangan anak-anak terbaiknya hanya karena tidak ada ruang tumbuh yang disediakan.

Kepemimpinan itu bukan hanya soal menjaga citra, tapi soal menanggung keberanian mengambil risiko untuk perubahan. Jika Wali Kota Respati terus bermain aman, Solo hanya akan jadi kota yang nyaman untuk masa lalu, bukan kota yang siap menyongsong masa depan.

Waktu belum habis. Tapi jika tidak ada lompatan, sejarah hanya akan mencatat periode ini sebagai masa yang hilang—masa di mana Solo tidak maju, karena pemimpinnya terlalu hati-hati untuk berubah.

Artikel Terkait