Peran influencer dalam Pemilihan Umum 2024 di Indonesia telah menjadi topik yang menarik dalam diskusi politik dan sosial. Dalam era digital dan media sosial, influencer memegang peran penting dalam membentuk opini publik dan menginformasikan pemilih, khususnya generasi muda, tentang berbagai isu politik, sosial, dan ekonomi yang menjadi poin kunci dalam pemilihan. Pada Pilkada 2024, peran influencer diharapkan akan semakin meningkat, mengingat semakin banyaknya populasi Indonesia yang terhubung dengan internet dan media sosial.
Dengan jangkauan dan pengaruh yang luas, influencer dapat menjadi agen perubahan, mendorong partisipasi politik, dan meningkatkan pengetahuan politik di kalangan pemilih. Mereka juga dapat menjadi penghubung antara calon dan pemilih, dan berkontribusi dalam menyebarkan visi, misi, dan program kerja calon.
Namun, potensi ini juga datang dengan tantangan. Mis-informasi dan disinformasi adalah masalah yang semakin merajalela di media sosial, dan influencer memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang mereka bagikan akurat dan dapat dipercaya. Etika dan integritas juga menjadi perhatian, karena ada risiko bahwa influencer mungkin disalahgunakan oleh pihak politik untuk menjalankan kampanye hitam atau mempengaruhi pemilih dengan cara yang tidak etis.
Oleh karena itu, dalam konteks Pilkada 2024, peran influencer harus dijalankan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Mereka harus menggunakan pengaruh mereka untuk mendorong demokrasi yang sehat dan berpartisipasi dalam diskusi politik yang konstruktif, bukan memperburuk polarisasi atau menyebarkan informasi yang salah. Diharapkan, dengan pendekatan yang tepat, influencer dapat berkontribusi positif terhadap proses demokrasi Indonesia.
Dalam era digital yang semakin maju, peran pers dalam komunikasi politik tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Para influencer, terutama di media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini publik. Mereka yang disebut influencer pada umumnya memiliki basis pengikut yang besar dan didukung oleh loyalitas yang kuat dari pengikut mereka.
Media sosial dan influencer memiliki efek signifikan bagi pemilu. Mereka dapat mempengaruhi opini publik dan prilaku pemilih memalui konten yang telah disajikan (Saputra & Erowati, 2021). Media sosial juga menjadi platform yang sangat popular dan efektif dalam penyebaran informasi politik, serta dalam meningkatkan partisipasi politik (Islami, 2023).
Dengan jutaan pengikut yang setia, influencer memiliki kemampuan untuk menyebarkan pesan politik secara cepat dan efektif, terutama di antara generasi muda yang aktif di platform media sosial (Pamungkas, 2024). Influencer dapat memainkan peran penting dalam kampanye politik, membantu calon presiden mencapai demografi yang mungkin sulit untuk dijangkau secara tradisional. Mereka dapat meningkatkan daya Tarik calon presiden di kalangan kelompok demografis kunci dengan menggandeng influencer yang memiliki audiens yang sebagian besar terdiri dari pemilih muda (Pamungkas, 2024).
Para influencer ini dapat memainkan peran sebagai opinion maker dengan menyampaikan pendapat, membagikan informasi, atau merekomendasikan kandidat tertentu kepada pengikut mereka. Dalam beberapa kasus, para influencer bahkan dianggap memiliki kekuatan yang lebih besar dalam memengaruhi keputusan publik dibandingkan dengan pers tradisional. Hal Ini disebabkan oleh alasan-alasan tertentu.
Pertama, para influencer memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pengikut mereka. Mereka sering kali membangun hubungan personal dan interaktif dengan pengikut mereka melalui komentar, pesan langsung, atau siaran langsung. Hal ini menciptakan rasa kepercayaan dan keintiman yang membuat pengikut lebih cenderung menerima dan mempercayai pendapat atau rekomendasi yang disampaikan oleh influencer.
Kedua, influencer seringkali memiliki reputasi dan kepribadian yang menarik serta pengetahuan yang spesifik di bidang tertentu. Mereka membangun audiens dengan minat yang sama, dan pengikut cenderung memandang mereka sebagai otoritas atau ahli dalam bidang tersebut. Akibatnya, ketika influencer menyampaikan pesan politik, itu dapat memengaruhi pengikut mereka dengan lebih kuat karena dianggap sebagai saran yang terpercaya dan kompeten.
Ketiga, influencer mampu mengangkat satu isu dan mendapat sorotan publik secara luas. Kemampuan untuk viral yang dimiliki influencer dipengaruhi oleh algoritma dan fitur-fitur platform media sosial. Algoritma media sosial cenderung memprioritaskan konten yang mendapatkan banyak interaksi, seperti suka, komentar, dan bagikan. Ketika influencer memposting tentang suatu isu yang menarik perhatian pengikut, hal itu cenderung muncul di feed pengikut lainnya, meningkatkan eksposur isu tersebut. Selain itu, fitur-fitur seperti tagar (hashtag) dan trending topic juga memungkinkan influencer untuk menghubungkan isu yang mereka angkat dengan pembicaraan yang sedang viral di media sosial, meningkatkan jangkauan dan sorotan publik secara luas.
(baca juga; Kesalehan Bahasa: Media Sosial Menjadikan Kita Merasa Paling Saleh)
Perlu diingat bahwa pengaruh influencer juga memiliki risiko. Influencer kerap dicap kurang transparansi terkait afiliasi politik mereka. Terbuka sekali kemungkinan influencer menerima bayaran atau dukungan dari kandidat atau partai politik tertentu tanpa mengungkapkannya secara jelas kepada pengikut mereka. Hal ini dapat menyesatkan pemilih dan merusak integritas informasi yang disampaikan. Kemudian, beberapa influencer tidak melakukan verifikasi yang memadai terhadap informasi yang mereka sebarkan.
Dalam upaya mendapatkan perhatian atau mendukung agenda tertentu, mereka mungkin menyebarkan klaim yang tidak berdasar atau bahkan informasi palsu. Hal ini dapat memengaruhi pemilih dengan cara yang negatif dan merusak proses demokrasi. Berbeda dengan pers, di mana melaporkan kebenaran menjadi napas keseharian kerja mereka. Kurangnya pemahaman politik yang mendalam juga menjadi salah satu factor yang patut diwaspadai. Banyak influencer, terutama yang terkenal di media sosial, mungkin memiliki pengaruh yang kuat, tetapi tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik dan kebijakan yang kompleks.
Hal ini dapat mengarah pada penyampaian informasi yang dangkal atau tidak akurat kepada pengikut mereka. Selanjutnya, poin penting yang patut diperhatikan perihal influencer yang terjun ke panggung politik 2024 adalah pengaruh yang hanya berdasarkan popularitas daripada substansi. Tidak dapat dipungkiri influencer punya basis massa besar. Bahkan sejumlah penelitian, melihat bahwa para influencer ini ‘didewakan’ pengikutnya. Bahwa apapun yang disampaikan dianggap benar.
Tentunya, hal ini berpotensi mengarah pada pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak relevan, seperti popularitas atau kesukaan personal. Kritik terhadap influencer yang terutama adalah ketidak hadiran tanggung jawab etis. Terdapat potensi influencer mengabaikan tanggung jawab etis yang terkait dengan peran mereka sebagai opinion maker dalam pemilu.
Mereka mungkin tidak mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari pesan yang mereka sampaikan atau efeknya terhadap proses demokrasi. Hal ini dapat membahayakan integritas proses pemilihan dan mendorong pengambilan keputusan yang tidak berdasar. Dalam era digital yang semakin kompleks, pengaruh influencer juga perlu diperhitungkan. Para influencer dapat menjadi opinion maker yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk opini dan keputusan publik.