Semarang, 26 November 2024
Ponxi Yoga Wiguna, Ketua Lembaga Bantuan Hukum Advokasi Publik Muhammadiyah Jawa Tengah (LBH AP Muhammadiyah Jateng), menyatakan sikap tegas terkait insiden penembakan seorang pelajar SMK di Semarang oleh aparat kepolisian. Ia menyebut tindakan ini sebagai pelanggaran serius terhadap asas keadilan, hak asasi manusia, dan prinsip profesionalisme yang seharusnya dipegang teguh oleh kepolisian.
“Kami mengecam keras tindakan penembakan ini sebagai bentuk pelanggaran terhadap standar operasional prosedur (SOP) kepolisian. Tindakan ini mencederai kepercayaan masyarakat kepada institusi penegak hukum,” ujar Ponxi dalam keterangan resminya di Semarang, Selasa (26/11).
Ponxi menegaskan beberapa poin penting dalam pernyataan sikap LBH AP Muhammadiyah Jateng:
1. Mengutuk Tindakan Kekerasan oleh Polisi.
Penembakan terhadap pelajar SMK tidak hanya melanggar SOP, tetapi juga menunjukkan lemahnya kontrol atas penggunaan senjata api dalam situasi yang tidak proporsional.
2. Mendesak Penegakan Hukum Transparan dan Adil.
“Kami meminta Kepolisian Republik Indonesia, khususnya Polda Jawa Tengah, untuk melakukan investigasi mendalam. Pelaku harus mendapatkan sanksi yang tegas dan sesuai hukum, tanpa adanya upaya menutupi kasus ini,” kata Ponxi.
3. Menuntut Perlindungan Hak Anak.
Menurut Ponxi, korban adalah seorang pelajar yang harusnya mendapatkan perlindungan dari negara. LBH mendesak perhatian serius terhadap pemulihan psikologis korban dan keluarganya.
4. Memberikan Pendampingan Hukum.
“Kami siap mendampingi keluarga korban dalam seluruh proses hukum. Ini adalah komitmen kami untuk memastikan keadilan ditegakkan,” lanjut Ponxi.
5. Mendorong Reformasi Institusi Kepolisian.
Ponxi menyerukan reformasi besar-besaran di tubuh Polri untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. “Kekerasan seperti ini hanya akan merusak kepercayaan publik kepada kepolisian sebagai penegak hukum.”
6. Komitmen Mengawal Perubahan Sistemik.

LBH AP Muhammadiyah Jateng tidak hanya fokus pada kasus ini, tetapi juga berkomitmen untuk menjadi mitra kritis dalam mendorong perubahan sistemik di tubuh kepolisian.
Kilas Balik Kasus Serupa Insiden penembakan pelajar SMK ini menambah daftar panjang tindakan kekerasan oleh aparat yang mencederai rasa keadilan masyarakat. Berikut adalah beberapa kasus serupa yang mencuat:
1. Kasus Aktivis IMM Kendari (Alm. Randi)
Pada September 2019, Randi, seorang aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kendari, tewas tertembak saat mengikuti aksi demonstrasi menolak RUU kontroversial. Penembakan tersebut mendapat kecaman luas, dari LBH Muhammadiyah ikut mendampingi dalam perkara tersebut ;
2. Kasus Pelajar IPM Padang
Seorang pelajar IPM di Padang menjadi korban kekerasan saat diduga terlibat dalam unjuk rasa. Kasus ini memicu perhatian terkait perlindungan terhadap anak dan remaja dalam situasi konflik.
3. Kasus Polisi Tembak Polisi
Pada beberapa insiden sebelumnya, kasus “polisi tembak polisi” juga menjadi sorotan, menunjukkan kelemahan pengawasan internal institusi kepolisian. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang pengelolaan senjata api dan kontrol perilaku aparat.
4. Kasus Pelajar SMK di Semarang
Kasus terbaru ini kembali menunjukkan kelemahan dalam pengendalian penggunaan kekuatan oleh aparat. LBH AP Muhammadiyah Jateng siap mendampingi keluarga korban dalam proses hukum dan terus mengawal agar tidak terjadi impunitas terhadap pelaku.
“Kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengawal kasus ini dan memastikan keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu. Ini adalah momentum untuk mendesak reformasi nyata di tubuh kepolisian dan menegakkan supremasi hukum,” tutup Ponxi.
LBH AP Muhammadiyah Jateng berkomitmen untuk terus mendampingi kasus ini hingga tuntas dan menyerukan agar insiden serupa tidak lagi terulang.