Sedikit Sejarah Sebatang Rokok, Ukuran dan Kandungan Rempah.

Oleh rambak.co
19 Juli 2024, 18:13 WIB

Dari kebudayaan kuno hingga era modern, rokok telah menyatu dalam sejarah manusia, memainkan peran penting dalam kebiasaan dan kehidupan sehari-hari. Sejarah rokok adalah perjalanan panjang yang mengungkapkan kebiasaan, budaya, dan perubahan sosial di sepanjang waktu.

Warisan Leluhur

Wujud awal rokok ditemukan di antara suku asli di Amerika, yang menggunakan tembakau dalam berbagai bentuk. Merokok tembakau dalam gulungan daun atau pipa menjadi bagian dari ritual dan kebiasaan budaya.

Pertemuan dengan Eropa

Kedatangan penjelajah Eropa ke Dunia Baru membawa tembakau ke benua Eropa. Ini menjadi awal dari perkenalan rokok kepada masyarakat Eropa, yang segera mengadopsinya sebagai kebiasaan yang modis dan menikmati popularitas yang meluas.

Era Industri dan Rokok Modern

Meskipun merokok dalam pipa telah menjadi kebiasaan umum di Eropa, rokok modern dalam kemasan kertas tipis muncul pada abad ke-19. Produksi rokok secara massal dimulai di Amerika Serikat, mengubah industri tembakau menjadi kekuatan besar dalam ekonomi global.

Revolusi Industri

Revolusi industri membawa perubahan signifikan dalam produksi rokok. Mesin-mesin otomatis menggulung dan memotong rokok dengan cepat dan efisien, memungkinkan produksi dalam jumlah besar dengan biaya yang lebih rendah.

Kesadaran Kesehatan

Pada pertengahan abad ke-20, meningkatnya kesadaran akan risiko kesehatan yang terkait dengan merokok mulai mempengaruhi pandangan masyarakat. Penelitian ilmiah menunjukkan hubungan antara merokok dan penyakit serius seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.

Regulasi dan Kampanye Anti-Rokok

Negara-negara mulai menerapkan regulasi ketat terkait produksi, pemasaran, dan konsumsi rokok. Kampanye anti-rokok juga semakin gencar, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan risiko kesehatan yang terkait dengan merokok.

Sejarah rokok adalah cerminan dari perubahan budaya, sosial, dan ekonomi di sepanjang waktu. Meskipun telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia selama berabad-abad, kesadaran akan risiko kesehatan yang terkait dengan merokok telah mengubah pandangan masyarakat terhadap kebiasaan ini. Dengan demikian, rokok tidak hanya menjadi benda konsumen, tetapi juga saksi sejarah dari zaman yang berubah dan berkembang.

Batang rokok memiliki beberapa ukuran yang beredar di pasaran dalam negeri. Sebagaimana yang kita tahu, Indonesia memiliki keragaman produk kretek dengan berbagai jenis serta golongannya. Rata-rata produk kretek ini, baik yang SKT maupun SKM memiliki cirinya masing-masing.

Selain pada aspek komposisi bahan bakunya, sehingga memiliki citarasa yang khas, pula tampilan kemasannya yang unik dan beragam, tak ketinggalan juga ukuran batang rokok. Perkara ini memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen di Indonesia.

Istilah ‘size doesn’t matter’ mungkin ada benarnya. Tak semua perokok berorientasi pada panjang atau besaran per batang. Rokok berfilter (SKM) kategori silindris, secara umum disebut sebagai rokok reguler. Panjang per batangnya 90 milimeter, seperti Djarum Super, misalnya.

Dulu, di era 90-an, PT Djarum sendiri pernah mengeluarkan rokok yang lebih panjang dari ukuran Djarum Super. Mereknya Filtra, dengan tampilan kode 100s pada bungkusnya yang gold. Rokok merek ini cukup sukses di pasaran pada masanya, tentu bukan semata soal ukuran, tetapi juga soal citarasa dan prestis tertentu bagi kalangan penikmatnya.

Rokok GG Surya 16 punya ukuran panjang yang kurang lebih sama dengan panjang rokok Filtra. Diameter batang juga kadang menjadi perhatian sebagian penikmat. Di luar ukuran yang reguler, ada juga ukuran Mild, Slim, dan Light.

Tampilannya terbilang stylish lah ya, body-nya ramping. Panjang rata-rata 80 hingga 90 milimeter, berdiameter 7 hingga 7,5 milimeter. Untuk ukuran rokok putihan umumnya berdiameter kurang lebh 10 milimeter, panjang di kisaran 80 hingga 90 milimeter.

Nah, kalau yang kretek berbentuk konus memiliki panjang rata-rata 80 hingga 90 milimeter. Bagi perokok yang mengutamakan bentuk dan ukuran yang cukup memakan durasi bakar sampai di atas 10 menit, pastilah akan memilih kretek non filter gini.

Seiring perkembangan, muncul pula ukuran-ukuran dan bentuk yang tak kalah stylish dari jenis Mild atau Light. Dipelopori dengan kemunculan rokok Forte, meski ukuran mini semacam produk Forte ini juga bukan ukuran yang baru di pasaran global.

Selain itu, muncul juga ukuran batang rokok yang ramping, bahkan lebih ramping dari yang pernah ada di Indonesia. Yakni  rokok Esse. Jenis ukuran ini cukup diminati oleh kalangan menengah dan beberapa perokok yang mengedapankan style selain pula citarasa.

Berkembangnya produk tembakau dari zaman ke zaman kerap kali dibarengi dengan beragam kontroversi. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya pula paradigma kesehatan modern yang menyoroti hal-hal menyangkut kandungan rokok.

Rokok menjadi produk konsumsi yang tak sepi dari pergunjingan masyarakat dunia. Apalagi sejak adanya agenda global dalam konteks pengendalian produk tembakau. Berbagai media membingkai isu rokok dan kesehatan saling berkait.

Dari berbagai informasi yang dilansir ke publik terkait isu rokok, media arus utama tak pernah luput mengait-ngaitkan rokok dengan persoalan penyakit mengerikan. Bahkan di masa pandemi, rokok dituding sebagai salah satu media penularan yang harus diwaspadai oleh publik.

Narasi tentang tembakau sebagai bahan baku utama oleh banyak kalangan diposisikan sebagai golongan vegetasi yang menakutkan. Ini lantaran zat nikotin pada tembakau yang dinilai menyebabkan kecanduan dan hal-hal yang merugikan kesehatan. Padahal tidak melulu begitu.

Bahkan terkait produk kretek yang merupakan produk kearifan lokal, telah menjadi sorotan serius bagi para pengusung agenda pengendalian tembakau global. Fakta bahwa unsur rempah-rempah yang terdapat pada kretek kerap dipandang sebelah mata.

Meski telah banyak literatur yang menyebutkan, bahwa zat-zat yang dikandung pada rempah-rempah memiliki manfaat bagi kesehatan. Namun, fakta terkait manfaat tersebut seakan menjadi tak berarti ketika unsur rempah berpadu dengan tembakau sebagai rokok.

Dalam Ensiklopedia Kretek disebutkan adanya penggunaan wur yang lazim sebagai campuran rokok yang khas di masyarakat tradisional. Wur (bumbu rokok) ini umumnya terdiri dari klembak, kemenyan, cengkeh, kemukus, dupa, kayu manis, pala, adas, palasan, cendana, klabet, kapulaga, dan jinten.

Sejak babak pertama industri kretek yang dipelopori Nitisemito, penggunaan unsur-unsur rempah itu menjadi penegas citarasa produknya. Sehingga mencipta pasar yang terus berkembang, tidak hanya di Pulau Jawa sebagai basis industrinya

Seturut perkembangan zaman, industri rokok dalam negeri melanjutkan upaya serupa dalam hal penggunaan rempah. Kandungan rokok yang menggunakan unsur rempah ini masing-masing pabrikan memiliki resep yang berbeda-beda.

Kemudian di masa sekarang, di tengah kondisi pasar yang semakin riuh. Sejumlah perusahaan rokok besar  asing merilis produk termutakhirnya dengan menggunakan penguat citarasa dari rempah. Istilah yang biasa digunakan adalah plavor.

Tak dipungkiri memang, masyarakat kita umumnya menyukai golongan rokok yang aromatik. Untuk itulah, jenis tembakau sayur yang cenderung aromatik kerap dibutuhkan industri. Terlebih lagi unsur rempah-rempah, baik itu cengkeh, adas, kapulaga dan lainnya lagi.

Artikel Terkait